Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Sekjen Nasdem: Pilpres 2019 Perang Gagasan Bukan Eksploitasi Identitas

Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto diprediksi akan bersaing dengan Joko Widodo, presiden petahana

Penulis: Glery Lazuardi
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Sekjen Nasdem: Pilpres 2019 Perang Gagasan Bukan Eksploitasi Identitas
Tribunnews.com/ Bayu Indra Permana
Jhonny G Plate, Sekjen Partai Nasdem, ketika ditemui kantor DPP Nasdem, Minggu (28/1/2018). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Glery Lazuardi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto diprediksi akan bersaing dengan Joko Widodo, presiden petahana, di pemilihan presiden (Pilpres) 2019.

Apabila melihat bakal calon presiden yang bersaing, maka pertarungan antara Prabowo dan Jokowi merupakan ulangan pesta demokrasi rakyat pada lima tahun yang lalu. Namun, kata Sekretaris Jenderal Partai Nasdem, Johnny G Plate terdapat perbedaan di pertarungan kali ini.

“Iya, tentu berbeda profil politik lingkungan politik 2014, 2019 kan berbeda. Strategi pasti beda ada penyesuaian-penyesuaiannya,” kata Johnny, Kamis (19/4/2018).

Meskipun, enggan mengungkap strategi pemenangan mantan Gubernur DKI Jakarta itu, tetapi, Johnnya mengungkap, pendekatan yang dilakukan kepada pemilih berupa pendekatan politik dengan rasional akademik, bukan melakukan ekploitasi identitas.

Menurut dia, ekploitasi identitas tidak cocok diterapkan di negara majemuk. Dia mencontohkan, eksploitasi identitas itu berupa penggiringan pemilih menggunakan pendekatan Suku, Agama, Ras, dan Antar Golongan (SARA).

“Misalnya, orang memilih digiring menggunakan agama dan menjelekkan yang lain menggunakan suku dengan menjelekkan suku yang lain. Ya, SARA itu jangan,” kata dia.

Berita Rekomendasi

Untuk itu, dia meminta, agar pertarungan di Pemilu 2019 diisi perang gagasan antara pasangan calon presiden-wakil presiden. Untuk itu, jangan melakukan eksploitasi identitas, karena kesamaan SARA tersebut.

“Kami ingin gagasan-gagasan itu, karena kami memilih pemimpin. Kami bukan memilih ketua adat. Kalau memilih ketua adat ya harus ini sukunya cocok. Mau memilih pemimpin agama yang mestinya tokoh agama. Kita memilih pemimpin negara. Jangan ekspolitasi identitas,” tambahnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas