Darul Fattah Gelar Halaqoh Nasional Islam Dan Negara Bangsa di Bogor
Lembaga Kajian Islam Darul Fattah kembali menggelar Halaqoh Nasional dengan mengangkat tema "Islam dan Negara Bangsa"
Penulis: FX Ismanto
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fx Ismanto
TRIBUNNEWS.COM, BOGOR - Lembaga Kajian Islam Darul Fattah kembali menggelar Halaqoh Nasional dengan mengangkat tema "Islam dan Negara Bangsa" menjadi muslim Indonesia, Selasa (24/4/2018) di Bogor. Acara ini menghadirkan sejumlah narasumber diantaranya: Prof. Dr. Nasarudin Umar (Rektor PTIQ Jakarta), Dr. Imdadun Rahmat (Peneliti Darul Fattah) dan Khotimi Badri, MA (Komis Fatwa MUI Kota Bogor).
"Dalam sejarah Nabi Muhammad SAW saat di Madinah dikenal dengan adanya piagam Madinah. Dimana, hubungan saling menghormati, menghargai perbedaan suku maupun agama. Tidak hanya Islam, tapi ada Kristen dan Yahudi. Penduduk Madinah saat itu merasa senang dan tentram.Dalam Islam sendiri tidak ada secara khusus bertujuan untuk mendirikan Negara Islam atau Khilafah. Selama menjalankan nilai-nilai dan ajaran Islam, itu juga menegakkan syariat Islam. Buat apa kalau mengatasnamakan Negara Islam dan menggunakan simbol ke-Islaman, namun menginjak-injak nilai dan prinsip Islam itu sendiri," ujar Direktur Lembaga Kajian Islam Darul Fattah Ust. Achmad Solechan.
Menurutnya, bila hari ini ada yang ingin mendirikan Negara Islam dan mengganti dasar Negara pastinya bertentangan dengan sejarah. Terlebih lagi, lanjutnya, masuknya Islam ke Indonesia dengan cara damai dan melebur dalam tradisi maupun budaya masyarakat.
"Jangan ragu menjadi muslim Indonesia dan harus bangga menjadi muslim Indonesia. Karena, pada hakikatnya selama menjalankan nilai-nilai dan landasan dari ajaran Islam adalah Islam. Jangan silau dengan peradaban fatamorgana, yang hanya menjadikan agama sebagai alat politik dan kepentingan sesaat. Untuk itu, Kita mengajak untuk memperkuat Negara dan cinta tanah air sebagai Negara yang sejalan dengan ajaran Islam," harapnya.
Hal senada diutarakan Prof. Dr. Nasarudin Umar. Menurutnya sudah selayaknya bangga sebagai bangsa Indonesia.
Ia menilai, tidak perlu lagi mempertentangkan Islam dan Negara Bangsa. Pasalnya, bangsa Indonesia sudah sudah Islami atau menjalankan prinsip dan nilai Islam.
"Suatu anugerah luar biasa, bangsa Indonesia dengan kondisi yang aman, tentram dan damai. Salah satu keunggulannya, sudah biasa hidup dalam perbedaan. Kita berbudaya maritim atau terbiasa berbudaya berbeda. Kiblat peradaban dunia Islam ada di Indonesia, kalau tidak maka tampilan Islam di dunia adalah suka kekerasan, radikal, teroris karena adanya Isis dan lainnya," paparnya.
Menurutnya, di Indonesia telah melahirkan Islam yang menjunjung tinggi nilai HAM, kesetaraan gender, dan demokrasi. Dirinya mencontohkan tidak ada permasalahan gender dengan banyaknya perempuan beraktifitas di area publik seperti: pasar, perkantoran mereka merdeka dan bebas mengekspresikan diri.
Untuk itu, lanjutnya, peradaban tersebut terus dirawat dan dijaga dalam bingkai NKRI.
"Mari kita syukuri dengan adanya konsep Negara Pancasila karena knowledge dari Allah atau ilham. Islam Indonesia masuk dengan akulturasi budaya, masuknya para Ulama NU, Wali Songo dan bukan dengan cara kekerasan," jelasnya.
Nasarudin mengungkapkan saat ini bangsa Indonesia tidak dipandang lagi sebelah mata oleh dunia. Bahkan, lanjutnya, banyak Negara Timur Tengah belajar ke Indonesia. Ia menambahkan, dalam sistem ekonomi modern mampu berkembang atau eksis di era pasar bebas dengan pertumbuhan ekonomi cukup signifikan.
"Berdasarkan hasil suatu penelitian, Indonesia adalah tempat paling menyenangkan dan menikmati dalam menyambut atau mengisi bulan Ramadan. Masjid dan mushola penuh jamaah, tayangan televisi bernuansa Ramadan, anak-anak bersuka cita saat meramaikan sahur, mall dihiasi dengan tampilan Ramadhan dan sebagainya. Kondisi seperti ini tidak ditemui di Negara Timur Tengah, patut kita syukuri dengan tradisi dan nilai ke-Islaman yang ada di Indonesia," ujar Imam Besar Masjid Istiqlal ini.
Sementara itu, Peneliti Darul Fattah Dr. Imdadun Rahmat mengungkapkan bahwa kondisi sebagian Negara Timur Tengah sedang terpecah belah. Bagaimana tidak, lanjutnya, perang saudara berkepanjangan seperti antara Sunni dan Syiah.
"Banyak Negara Timur Tengah yang belajar ke Indonesia dalam hubungan Islam dan Negara Bangsa. Selain itu, dalam cinta tanah air dan patriotisme," terangnya.
Dalam kesempatan tersebut, Komisi Fatwa MUI Kota Bogor KH. Khotimi Badri, MA juga menyampaikan materinya.
Tampak hadir para alim ulama, tokoh masyarakat, aktivis, mahasiswa dan berbagai kelompok pemuda. Diskusi juga berlangsung sangat aktif dengan banyak pertanyaan dan peserta sangat antusias.