Marsinah Simbol Perlawanan Buruh, 25 Tahun Jejak Ketidakadilan
Moment tersebut dipergunakan oleh 25 perempuan pembela dekokrasi, menuntut pemerintah untuk mengusut tuntas
Editor: Johnson Simanjuntak
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Nurcholis Majid
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - 25 tahun sudah kepergian Marsinah, seorang perempuan yang dianggap sebagai simbol perlawanan buruh pada Orde Baru.
Moment tersebut dipergunakan oleh 25 perempuan pembela dekokrasi, menuntut pemerintah untuk mengusut tuntas kasus kematian Marsinah, yang dibunuh pada 8 Mei 1993 di Sidoarjo, Jawa Timur.
Marsinah adalah seorang buruh perempuan, buruh pabrik PT. Catur Putera Surya (CPS) di Porong, Sidoarjo, ditemukan tewas mengenaskan di hutan Wilangan, Nganjuk, Jawa Timur.
"Usia Marsinah baru 24 tahun ketika ia dibunuh, ia menjadi simbol dan merangkum apa yang menjadi apa yang yang di takuti oleh rezim otoriter orde baru, pertemuan pemuda dan buruh yang berani bicara," ujar Ellena Ekarahendy, Serikat Sindikasi, di kantor Lembaga Bantuan Hukum, Jakarta Pusat, Kamis (3/5/2018).
Sebelum kematiannya, pabrik arloji tempat Marsinah bekerja terjadi aksi-aksi buruh untuk menuntut hak.
Diantaranya menuntut kenaikan upah, upah lembur, fasilitas kerja dan cuti hamil bagi buruh perempuan.
Semangat Marsinah dalam menuntut hak buruh kala itu, mampu menjadi api semangat yang terus disuarakan oleh 25 perempuan pembala demokrasi.
"Marsinah adalah api yang selalu menyala bagi teman-teman buruh, temen peremuan, yang depolitisasi oleh rezim orde bari bahkan sampai 20 tahun api marsianah akan terua menyala," ujar Ellena.
Hingga kini, pasca 20 tahun reformasi dan 25 tahun kasus Marsinah masih menjadi misteri.
"Dengan merayakan 25 tahun kasus marsinah ini kami ingin menyatakan dan mendesak pemerintah bisa menyelesaiakan kasus ini dan mengajak seluruh element masyatak untuk ingat bahwa indonesia masih punya PR," ujar Ellena.