Kemendikbud: Secara Umum Terjadi Penurunan Rata-rata Nilai UN SMU dan SMK 2018
"Terbesar memang Matematika untuk SMK yaitu turun 3 poin, sedangkan Bahasa Inggris terjadi peningkatan 0,24 poin,"
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Penyelenggara Ujian Nasional Berbasis Komputer atau UNBK untuk SMU dan SMK telah selesai menjalankan kewajibannya pada awal April lalu.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan, Kemendikbub Totok Suprayitno mengatakan secara umum terjadi penurunan rata-rata nilai ujian nasional atau UN 2018.
Totok menjelaskan penurunan terjadi pada SMU atau SMK Negeri maupun Swasta.
Baca: Pemerintah Berharap Anggota HTI Kembali ke Pangkuan NKRI
Ujar Totok, nilai UN SMK rata-rata menurun 0,93 poin.
"Terbesar memang Matematika untuk SMK yaitu turun 3 poin, sedangkan Bahasa Inggris terjadi peningkatan 0,24 poin," ujar Totok di Kantor Kemendikbud, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (8/5/2018).
Sementara SMU, dirinya menyatakan terjadi penurunan nilai rerata UN lebih besar dibanding SMK.
"4,6 poin untuk Matematika, 5,2 poin untuk Fisika, 2,6 untuk Kimia, Bahasa Indonesia naik 1,6 poin, Bahasa Inggris, dan Biologi rata-rata turun 1,7 poin," ungkap Toto.
Baca: Bertolak ke Riau, Jokowi Akan Saksikan Peremajaan Sawit Rakyat
Berdasarkan analisis, Kemendikbud menemukan ada 2 indikasi kuat penyebab penurunan rerata nilai UN 2018 itu.
Pertama, faktor perubahan norma.
Untuk UN 2018, memang dimasukan beberapa soal dengan standar yang lebih tinggi dibanding UN 2017.
"Secara agregat faktor kesulitan soal ini tampaknya berpengaruh kecil," tuturnya.
Kedua, pengaruh perubahan faktor moda ujian, dari UNKP (ujian nasional kertas pensil) menjadi UNBK.
Baca: Pengamat LIPI: Siapa Tahu Pasangan Gatot -AHY Pilihannya Ketika Ada Pesimesme Kepada Prabowo
Namun perubahan moda ujian ini diklaim Toto meningkatkan kualitas hasil UN karena lebih murni dan jujur.
"Jadi dulu semula pakai kertas tapi mungkin curang integritas rendah itu semula dulu 80 terkoreksi 39 jadi sekarang hanya 40. Jadi faktor koreksi itu seolah-olah turun tapi tingginya dulu itu palsu, nah sekarang lebih murni," jelas Totok.
Dia mengatakan nantinya hasil UN ini akan dianalisa kembali agar menemukan perbaikan dipenyelenggaraan UN mendatang.
"Hasil UN ini selanjutnya akan dianalisis untuk mendiagnosa topik-topik yang harus diperbaiki di setiap sekolah untuk setiap mata pelajaran UN. Hasil analisis tersebut akan didistribusikan ke semua Dinas Pendidikan untuk ditindaklanjuti dengan program-program peningkatan mutu pembelajaran,” kata Totok Suprayitno.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.