Pernyataan Sikap Pastor Paroki Gereja Santa Maria Tak Bercela Terkait Bom Bunuh Diri Di Gereja
Dua adalah pelaku dan lima merupakan korban masyarakat. Pelaku aksi teror
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Rachmat Hidayat
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA–Pastor Kepala Gereja Katolik Paroki Santa Maria Tak Bercela (SMTB) Ngagel, Surabaya mengeluarkan pernyataan sikap terhadap jperistiwa ledakan bom bunuh diri yang menimpa umatnya, di Gereja SMTB, Keuskupan Surabaya, Minggu (13/5/2018) sekitar pukul 7.15 WIB.
Pastor A. Kurdo Irianto menyatakan Gereja Katolik seluruh dunia, terutama umat Katolik Keuskupan Surabaya, secara khusus umat Paroki St Maria Tak Bercela, menyatakan peristiwa ini merupakan duka yang mendalam bagi seluruh bangsa Indonesia.
Namun Gereja Katolik tidak takut terhadap teror yang selama ini selalu mengancam kehidupan bangsa Indonesia.
"Hentikan kekerasan, sebab kekerasan tidak membuahkan apa pun, kecuali korban jiwa," ujar Romo Kurdo dalam keterangan tertulisnya yang diterima Tribunnews.com.
Kedua, Rm Kurdo menyampaikan duka mendalam bagi para korban dan keluarganya, terutama untuk saudara Bayu, yang telah menghadang sepeda motor yang ternyata adalah pelaku bom bunuh diri tersebut.
“Jika tidak dihadang saudara Bayu, akan lebih banyak membawa kurban jiwa,"kenangnya.
Ketiga, lebih lanjut ia mengatakan, meskipun mengalami duka yang mendalam, Gereja Katolik dengan tulus mengampuni para pelaku teror dan mendoakan para pelaku yang menjadi korban.
Keempat, dia menegaskan, "kami menyatakan dengan tegas mengecam teror semacam ini."
"Ini harus segera dihentikan! Kami menolak segala bentuk kekerasan karena tidak sesuai dengan martabat kehidupan manusia dan bertentangan dengan ajaran agama mana pun,” cetusnya.
Kelima, dia juga mengimbau kepada umat Katolik di seluruh Indonesia, dan khususnya umat Katolik Keuskupan Surabaya serta umat Paroki St Maria Tak Bercela agar tetap tenang dan tidak takut terhadap aksi teror.
"Umat diharapkan tetap waspada dan tidak mudah terprovokasi terhadap ancaman atau teror di mana pun dan dalam bentuk apa pun,"pesannya.
Keenam, imbuhnya,tetaplah setia berbuat baik penuh kasih kepada siapa pun, sesuai dengan nilai-nilai Kristiani yang diajarkan Tuhan Yesus.
"Teruslah berbuat baik. Marilah kita memberikan pengampunan yang tulus. Karena pengampunan adalah pintu yang terbuka untuk masa depan yang lebih bermartabat bagi bangsa Indonesia,” ucapnya.
Sementara itu Kabid Humas Polda Jatim Kombes Frans Barung Mangera memberikan perkembangan sementara kasus bom bunuh diri di tiga gereja di Surabaya, Minggu (13/5/2018).
Menurut dia, ada perkembangan terkini pada jumlah korban di tiga lokasi bom bunuh diri. Tiga lokasi tersebut adalah Gereja Katolik Santa Maria sebagai TKP pertama, Gereja Kristen Indonesia (GKI) sebagai TKP kedua, dan Gereja Pantekosta sebagai TKP ketiga.
Pada TKP pertama, yakni Gereja Santa Maria di Jalan Ngagel, jumlah korban meninggal dunia tujuh orang. Dua adalah pelaku dan lima merupakan korban masyarakat.
Untuk TKP kedua, di GKI di Jalan Diponegoro, jumlah korban meninggal dunia 3 pelaku ibu dan anak-anak dan tidak ada korban masyarakat.
Untuk TKP ketiga di Gereja Pantekosta di Jalan Arjuna terjadi perubahan jumlah korban jadi 8 korban meninggal yang terdiri atas 7 korban masyarakat dan 1 pelaku.
Sebelumnya Polda Jatim merilis hanya 3 korban meninggal di Gereja Pantekostan ini.
"Total korban meninggal dalam peristiwa terorisme penyerangan gereja menjadi 18 orang termasuk korban yang ada di RS Bhayangkara. Ini data sementara saya update pukul 15.45," kata Kombes Frans dalam konferensi persnya di Mapolda Jatim, Senin (14/5/2018) lalu.