Kisah Yudi Lepas dari Cengkeraman Ideologi Aman Abdurrahman yang Menghalalkan Darah Aparat
Ayah Yudi menyuruhnya membaca dua ayat Alquran untuk memberikan perbandingan dengan potongan ayat Alquran yang diindoktrinasi oleh Aman.
Penulis: Gita Irawan
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan murid ideolog utama kelompok teroris Jamaah Ansharud Daulah (JAD) Aman Abdurrahman, Yudi Zulfachri mengungkapkan bahwa ayahnya lah yang membuatnya lepas dari cengkeraman ideologi takfiri dari mantan gurunya itu yang menghalalkan darah aparat penegak hukum di Indonesia.
Ia mengatakan bahwa ayahnya menyuruhnya membaca dua ayat Alquran untuk memberikan perbandingan dengan potongan ayat Alquran yang diindoktrinasi oleh Aman.
Hal itu diungkapkan Yudi usai menjadi pembicara dalam Talkshow Polemik Radio MNC Trijaya Network dengan topik "Never Ending Terrorist" di Warung Daun Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (9/5/2018).
"(Peran) Keluarga itu sangat besar, terutama orang tua yang berpendidikan, berilmu. Itu bapak saya yang menghilangkan doktrin ustaz Aman itu bapak saya. Saya didoktrin Almumtahanah ayat 4. Bapak saya datang bawa Alquran, baca ayat 8 dan 9. Saya baca. Wah iya," kata Yudi tersenyum.
Baca: Jenazah Seorang Pelaku Penyerangan Mapolda Riau Dimakamkan di Desa Pasiran
Butuh waktu sekurangnya lima tahun lamanya untuk menghilangkan ajaran-ajaran Aman yang dikenalnya sejak tahun 2007 hingga 2010 tersebut.
Selama lima tahun setelah itu ketika ia tertangkap di Aceh pada tahun 2010 karena kasus pembentukan pelatihan militer, ia dibimbing ke dalam pertaubatan oleh mantan pentolan Jamaah Islamiyah yang juga terlibat di Bom Bali 1 dan Hotel JW Marriot, Ali Imron yang telah lebih dulu dideradikalisasi.
Ia sendiri yang meminta agar Ali Imron yang berbicara dengannya karena begitu bencinya ia dengan kepolisian yang menangkapnya sehingga tidak mau berbicara kepada Polisi.
Ia juga menceritakan betapa kala itu ia tidak sudi untuk diambil keterangannya dalam Berkas Acara Pemeriksaan oleh Kepolisian.
Baca: Korban Bom Bunuh Diri Bertambah, Petugas Keamanan Gereja Meninggal Dunia Setelah Dirawat Satu Minggu
Ia mengatakan bahwa selama lima tahun proses pemulihan pemahamannya di penjara di Aceh tersebut Ali Imron secara bertahap membuka pikirannya terkait paham keagamaan yang selama ini dia anut.
Ia mengatakan pemahaman Jamaah Islamiyah yang berafiliasi ke Al Qaedah menjadi jembatan bagi proses pemulihannya.
Hingga akhirnya pada suatu saat sekira tahun 2010 ia membaca adanya revisi pemahaman dari Al Qaeda di bawah pimpinan Ayman Mohammed Rabie al-Zawahiri yang menyerukan agar para pengikutnya mengevaluasi dirinya masing-masing.
Dari sanalah ia memahami bahwa apa yang ia yakini selama ini mungkin salah.
"Itu akhirnya saya membuka tempurung ini. Sehingga masuk yang lain-lain. Sehingga saya kok ditanya, apa inspirasi berubah? Al Qaedah inspirasinya," kata Yudi.
Yudi sendiri mengaku sempat belajar di Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri selama empat tahun lamanya.
Baca: 701.377 Surat Suara Pemilihan Bupati Karanganyar Tiba di KPU
Namun ketika di sanalah justru ia mulai berkenalan dengan pengajian kampus yang mengajarkannya tentang pondasi dari ajaran Aman.
Setelah itu ia bahkan sempat diajak mengunjungi Aman yang ketika itu tengah ditahan di Lapas Sukamiskin Bandung Jawa Barat.
Ia diajak oleh murid-murid Aman mengunjungi gurunya untuk mendengar langsung ceramah Aman.
Kemudian setelah itu ia mulai membaca buku-buku terjemahan dan karangan Aman dan mengikuti ceramahnya secara live di media sosial.
Yudi mengatakan ketika itu kondisinya dalam keadaan cukup.
Ia mengatakan bahwa ketika itu ia memiliki pekerjaan dan hidup berkecukupan.
Namun apa yang membuatnya menanggalkan pekerjaannya sebagai PNS dan beralih haluan menjadi teroris adalah ajaran Aman yang membawanya ke pemahamanan keimanan ekstrim.
"Ideologi ini bukan untuk mencari uang, bukan untuk mencari pekerjaan tapi untuk membuktikan keimanan. Pekerjaan, harta itu nggak ada urusannya sama keimanan. Malah harusnya dikorbankan. Maka nggak ada urusan, mau dia kaya, dia terpelajar. Kalau doktrin itu masuk, dia akan tinggalkan," kata Yudi.
Namun setelah pergulatan pemikiran dan batinnya selama lima tahun di penjara Aceh serta keterlibatan orang-orang seperti ayahnya, Ali Imron, serta teman-teman satu sel yang menderadikalisasinya dari ajaran Aman, Yudi sudah tidak memiliki keyakinan takfiri lagi sejak keluar penjara pada tahun 2015.
Kini ia tengah kuliah di Universitas Indonesia jurusan pertahanan dan menjadi pembicara dalam diskusi-diskusi mengenai kasus terorisme.