Mantan Komandan NII, Ken Setiawan: Intoleransi Pintu Masuk Radikalisme dan Terorisme
Ken Setiawan mengungkap, keberagaman konflik yang terjadi atas nama suku, agama, ras dan antargolongan belakangan ini terjadi di tahun politik
Editor: Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA-Pendiri NII Crisis Center yang juga Mantan Komandan NII Ken Setiawan mengungkap, keberagaman konflik yang terjadi atas nama suku, agama, ras dan antargolongan belakangan ini terjadi di tahun politik adalah untuk perebutan kekuasaan.
Menrutnya, ada pihak yang ingin kondisi hari ini kacau sehingga ada alasan untuk memojokan aparat dan pemerintah.
"Seolah olah aparat dan pemerintah gagal dalam memberikan rasa aman terhadap masyarakat, ujungnya adalah pergantian pemimpin di tahun 2019. Ketimpangan ekonomi dan beragam masalah sosial kemasyarakatan serta budaya, sedikit banyak berkontribusi terhadap kejadian di akhir akhir ini," ungkap Ken, Selasa (22/5/2018).
Ken menyarankan, salah satu langkah yang dapat dilakukan dalam merajut nilai-nilai Kebhinekaan adalah membangun kembali ruang-ruang toleransi dan keberagaman sejak dini agar tercipta suasana aman dan kondusif.
"Kita akan bersinergi dengan aparat dan pemerintah dan masyarakat untuk terus melakukan pembinaan khususnya pencegahan dini terhadap bahaya potensi konflik dimasyarakat," ia memastikan.
Ditambahkannya nilai-nilai persatuan dan kesatuan dapat diterapkan di kehidupan sehari-hari dengan saling menghormati keberagaman suku dan agama serta bisa menghargai pendapat masyarakat. “Jadikanlah perbedaan sebagai kekayaan, dan perbedaan dapat disatukan dengan semangat persatuan dan kesatuan sehingga akan menciptakan kerukunan antar umat beragama,” tegasnya.
Seperti pelangi yang walaupun berbeda beda warna, ketika beriringan maka akan menjadi indah. Ken Setiawan juga menambahkan Generasi muda rawan direkrut menjadi anggota teroris karena mudah terpengaruh paham radikalisme.
Hal itu karena para pemuda dalam perjalanan pencarian jati diri, sehingga keyakinan yang dimiliki mudah goyah. Pelaku radikal adalah korban dari lingkungan yang perekrutannya dengan cara multilifer dari satu orang ke orang lain.
”Banyak sekali pemuda yang terpengaruh paham radikal, menyimpang dari ajaran Islam. Sehingga terpengaruh mengikuti langkah teroris untuk memusuhi sesama, termasuk sesama Islam bila beda paham juga di kafirkan.
Ken menceritakan, doktrin yang diberikan kepada kalangan anak muda yakni dengan meyakinkan bahwa hukum di Indonesia ini keliru karena bertentangan dengan Al-Quran.
Maka dari itu orang yang tidak menganut hukum/ negara Islam, dianggap kafir dan halal darahnya atau layak untuk dibunuh.
Menurut Ken, Fanatik boleh, tapi jangan berlebihan sebab bila terlalu fanatik dan menganggap diri kita yang paling benar sedang yang lain salah, dirinya yang beriman dan yang lain kafir maka itu sudah berbahaya. "Kalau kita sudah intoleransi maka itu sudah pintu awal radikal dan ketika sudah radikal maka tinggal poles sedikit bisa menjadi pelaku terorisme," tegas Ken Setiawan.