Mencari Penantang Jokowi
Menariknya, ketika simulasi head to head melawan kandidat manapun, Joko Widodo belum terkalahkan.
Penulis: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Survei Alvara Research Center menyebutkan calon presiden petahana, Joko Widodo masih cukup populer dan menguasai elektabilitas dalam pemilu mendatang.
Alvara Research Center menggelar survei nasional pada 20 April – 9 Mei 2018. Riset ini menggunakan multi-stage random sampling dengan melibatkan 1.202 responden berusia 17 tahun ke atas.
Sampel diambil di seluruh Provinsi di Indonesia, dengan jumlah sampel tiap provinsi proporsional terhadap jumlah penduduk. Rentan margin of error sebesar 3,10% dengan tingkat kepercayaan 95%. Sebelumnya, Alvara juga melakukan survei nasional dengan 2.200 responden di bulan Februari 2018.
Hasanuddin Ali, CEO Alvara Research Center dalam keterangan persnya, Minggu (27/5/2018) menjelaskan bahwa dari sisi popularitas dan elektabilitas, Joko Widodo masih menduduki posisi tertinggi dibandingkan beberapa kandidat lainnya.
Di sisi popularitas, Joko Widodo meraih 95,8%, dengan top of mind 58,7%. Sedangkan, popularitas Prabowo Subianto berada di urutan runner up dengan persentase 91,1% dan top of mind 29,5%.
Elektabilitas Joko Widodo pun mencapai 46,8% dan Prabowo Subianto mendapat 27,2%. Menariknya, ketika simulasi head to head melawan kandidat manapun, Joko Widodo belum terkalahkan.
“Jika dibandingkan dengan hasil survei kita bulan Februari 2018, elektabilitas Jokowi stabil di angka 46%,” tegasnya di Jakarta, Minggu (27/5/2018). Tokoh lain yang konsisten berada dibelakang Jokowi adalah Prabowo Subianto.
Kandidat di luar Joko Widodo dan Prabowo Subianto belum menonjol. Elektabilitas kandidat-kandidat di luar Joko Widodo dan Prabowo masih sangat rendah, bila ditotal elektabitas kandidat-kandidat yang lain hanya 10,9%. Yang belum memutuskan 15,1%.
Meski peluang Joko Widodo untuk terpilih kembali menjadi Presiden lebih tinggi dibanding kandidat lain, tetapi Joko Widodo perlu secara serius memperhatikan dua sinyal awal ini. Pertama, Hasanuddin mengingatkan bahwa tingkat kepuasan kinerja Jokowi-JK menurun sekitar 3,5% dibanding survei pada
Bulan Februari 2018.
Titik lemah kinerja Joko Widodo-JK masih pada aspek ekonomi, khususnya penyediaan lapangan kerja. Isu-isu ekonomi dan ketenagakerjaan masih mendera.
Kedua, meski tingkat keinginan publik terhadap Joko Widodo menjadi Presiden kembali masih tinggi, yakni di angka 64,8%, namun imbas menurunnya tingkat kepuasan diatas berimplikasi pada turunnya keinginan pemilih terhadap Joko Widodo menjadi Presiden kembali bila dibandingkan dengan hasil survei Bulan
Februari 2018
Lima tokoh yang mendapat elektabilitas tertinggi sebagai Cawapres, yaitu Gatot Nurmantyo (19,6%), Agus Harimurti Yudhoyono (15,7%), Jusuf Kalla (11,6%), Anies Baswedan (9,6%), dan Muhaimin Iskandar (7.8%).
Tokoh yang mendapat persetujuan tertinggi sebagai Cawapres mendampingi Joko Widodo adalah Gatot Nurmantyo (62,6%). Sedangkan, publik paling setuju jika Prabowo Subianto berpasangan dengan Anies Baswedan sebagai Cawapresnya (59,9%).
Hasanuddin menambahkan hanya Gatot Nurmantyo dan Muhaimin Iskandar, yang selalu masuk dalam posisi 3 besar sebagai Cawapres, siapapun Capresnya. Gatot Nurmantyo dan Cak Imin diterima di semua kandidat Capres.
Gatot Nurmantyo dan Cak Imin selalu masuk dalam posisi tiga besar siapapun kandidat Capresnya. Artinya publik menilai bahwa Gatot Nurmantyo dan Cak Imin bisa diterima oleh pemilih kandidat Capres.
“Posisi Gatot Nurmantyo dan Cak Imin bisa menjadi game changer yang akan menentukan konfigurasi pasangan kandidat Capres-Cawapres nanti”, tegas
Hasanuddin Ali.
Elektabilitas Joko Widodo berpasangan dengan siapapun masih tertinggi, baik untuk dua maupun tiga pasang kandidat, yakni dalam rentang 53% - 58%