Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Mantan Aktivis 98 Sebut Dua Bahaya Laten di Indonesia Setelah Reformasi

"Juntrungannya tetap fundamentalis religius ditunggangi oleh fundamentalisme pasar, para pemilik modal,"

Editor: Adi Suhendi
zoom-in Mantan Aktivis 98 Sebut Dua Bahaya Laten di Indonesia Setelah Reformasi
Tribunnews.com/ Reza Deni
Mantan aktivis tahun 1998, Hengky Irawan, dalam acara Diskusi Kebangsaan dan Buka Puasa Bersama 1000 Aktivis 98 di Ballroom Puri Agung Sahid Jaya Hotel, Selasa (29/5/2018). 

Laporan wartawan Tribunnews.com, Reza Deni

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan aktivis 1998, Hengky Irawan dalam sebuah diskusi kebangsaan, Selasa (29/5/2018) menyebut ada beberapa bahaya laten dan sudah menjadi manifes yang terjadi pascareformasi.

"Pertama adalah fundamentalis pasar, neoliberal, kapitalisme global" ujar Hengky di Ballroom Puri Agung Sahid Jaya Hotel, Jakarta Pusat, Selasa (29/5/2018).

"Itu mengincar, menggunakan proxy dan alat-alat, negara-negara agar sumber daya alamnya dikuasai oleh mereka," lanjut dia.

Baca: Polisi Sudah Kantongi Indentitas Pembunuh Wanita Tua Di Kebayoran Lama, Pelakunya 2 Orang

Lanjut Hengky, bahaya berikutnya yang dihadapi Indonresia yakni funamentalisme religius.

"Kita jelas menghadapinya saat ini, dengan lahirnya kelompok-kelompok transnasional," ujarnya

Hengky menyebut beberapa nama kelompok-kelompok transnasional tersebut, antara lain Hizbut Tahrir dan Ikhwanul Muslimin.

Baca: Tak Dibayar, Seorang PSK Rampas Handphone Milik Keponakan Pelanggannya

Berita Rekomendasi

Di saat itulah, teriakan para hadirin pun menggema, menyorakkan "Bubarkan, bubarkan!"

Namun, menurut Hengky, gerakan-gerakan fundamentalisme religius itu tetap bertemu pada titik yang sama.

Dia menyebutnya sebagai benang merah.

"Juntrungannya tetap fundamentalis religius ditunggangi oleh fundamentalisme pasar, para pemilik modal," ujar Hengky.

Baca: Seorang Bayi dan Tiga Anak Tewas Akibat Kebakaran Rumah Kos di Jalan Raya Kebalen

Dari sana, dia pun menyatakan bahwa apa yang dinamakan radikalisme sekarang berbeda dengan saat orde baru.

Jika di masa orde baru radikalismenya bersifat progresif, di masa sekarang Hengky menyebut radikalisme menjadikan manusia mundur ke abad pertengahan.

"Kita diajarkan oleh agama-agama kita untuk berbuat kebaikan kepada sesama," ujarnya.
"Namun, kelompok-kelompok ini menggunakan agama, membajak agama untuk mengajak kita menjadi jahiliah," ujarnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas