Mengungkap Alasan Kenapa Pelaku Aksi Terorisme Selalu Jamaahnya, Bukan Pimpinan Mereka
Bagi Ken Setiawan, terorisme memang berbahaya. Tapi yang lebih berbahaya adalah sikap intolerasi dan radikalisme pemikiran.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Johnson Simanjuntak
Dan bila mendapatkan materi yang tidak dimengerti, menurutnya, ditanyakan kepada ahlinya.
Sebab pintu awal kelompok radikal adalah "hipnosis", bukan hiptotis, pengkondisian dan pengulangan doktrin. Sehingga tersugesti bahwa yang disampaikan adalah benar padahal tipuan belaka.
Untuk itu ia menyuarakan, saatnya kita rajut semangat nasionalisme. Artinya bukan hanya semangat ketika nonton bola antara Indonesia melawan Malaysia, misalnya.
Tapi, kata dia, saatnya kita peduli kepada lingkungan sosial.
"Sebab kalau mau jujur, hari ini kita sudah terkepung oleh berbagai mancam ancaman, mulai radikalisme, intoleransi, narkoba, pornografi, modernisasi dan lainnya," ucapnya.
"Masalah utamanya adalah kita terancam, tapi kita tidak merasa terancam. Sebab kita sekarang menjadi autis dengan diri kita sendiri, termasuk dengan berbagai fasilitas yang modern, kita hanya sibuk dengan dunia kita dan tidak perduli dengan apa yang terjadi di sekitar kita," pesannya.
Karenanya ia mengajak semua elemen anak bangsa, jangan mau kita di adu domba, antar suku, antar agama dan antar saudara oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.
"Dia menjelaskan, ini bukan kebanggaan, sebenarnya aib yang tidak perlu diceritakan, Tapi semoga pengalaman selama bergabung bisa bermanfaat agar masyarakat waspada," ucapnya.
Terkait Radikalime, Ken Setiawan membuka Forum dialog di website www.niicrisiscenter.com dan di Hotline WhatsApp 0898-5151-228 dan 0852-11-231-363.(*)