Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Mengungkap Alasan Kenapa Pelaku Aksi Terorisme Selalu Jamaahnya, Bukan Pimpinan Mereka

Bagi Ken Setiawan, terorisme memang berbahaya. Tapi yang lebih berbahaya adalah sikap intolerasi dan radikalisme pemikiran.

Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Mengungkap Alasan Kenapa Pelaku Aksi Terorisme Selalu Jamaahnya, Bukan Pimpinan Mereka
ISTIMEWA
Pendiri NII Crisis Center, Ken Setiawan. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Banyak orang bertanya, dalam kelompok teroris kenapa yang jadi pelaku aksi selalu jamaahnya?

Termasuk ketika ada kejadian bom bunuh diri, kemana pimpinan mereka, katanya mendapat surga tanpa hisab, kenapa tidak pemimpin mereka dulu yang masuk surga? Demikian serangkaian pertanyaan terkait aksi terorisme.

Pendiri NII Crisis Center yang juga Mantan Komandan (Negara Islam Indonesia (NII), Ken Setiawan akan menjawab mengenai hal itu.

Menurut Ken, mereka, kelompok radikal mentafsikan bahwa pimpinan mereka adalah wakil Allah.

"Karena menurut mereka perintah pimpinan saja perintah ulil amri. Perintah ulil amri sama saja perintah Rasul. Perintah Rasul sama dengan perintah Allah.

Jadi menurut mereka perintah pimpinan sama saja perintah Allah. Bahkan mereka mentafsikan bahwa pimpinan mereka adalah wakil Allah di muka bumi," jelas Ken kepada Tribunnews.com, Rabu (30/5/2018).

Untuk itu ia menjelaskan, perintah pimpinan wajib diaati sepenuhnya, tidak boleh bertanya atau menolak.

"Mereka doktrinnya adalah Sami'na Wa Atho'na, Kami Mendengar dan Kami Taat," ujarnya.

Lebih jauh Ken mengatakan, bila seorang jamaah sudah Sami'na Wa Atho'na (Kami Mendengar dan Kami Taat) maka di situlah permulaan ke dunia baru.

Berita Rekomendasi

Yakni, kata Ken, orang tersebut akan menjadi radikal. Dan bila sudah menjadi radikal, ibarat buah itu sudah matang dan tinggal panen.

"Untuk menuju aksi terorisme tinggal selangkah, dipoles maka sudah jadi teroris," kata Ken.

Ini yang menurut ken, merupakan tragedi kemanusian, yakni anak muda yang punya semangat tapi belajar dan ketemu dengan orang yang salah. Sehingga jihadnya pun jihad di jalan yang salah.

Bagi Ken Setiawan, terorisme memang berbahaya. Tapi yang lebih berbahaya adalah sikap intolerasi dan radikalisme pemikiran.

"Ini yang bisa saja sudah terjadi dan ada di sekililing kita.

Bila kita tidak waspada maka bisa saja keluarga dan lingkungan kita menjadi sasaran kita," ia mengingatkan.

Waspada boleh, imbuhnya, tapi jangan sampai phobia. Justru adanya mereka menjadi motivasi kita untuk belajar tentang islam kepada ahlinya.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas