Pemudik Disarankan Jangan Terpancing Spanduk Bermakna Provokasi Pemilu 2019
Di sejumlah ruas jalan tol maupun non tol yang digunakan pemudik terlihat perang jargon spanduk
Penulis: Glery Lazuardi
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemandangan berbeda terjadi di mudik pada 2018. Pada tahun ini, mudik bukan hanya perjalanan menyambung tali silaturahmi dengan sanak saudara di kampung halaman, tetapi ajang pemanasan menjelang Pilpres 2019.
Di sejumlah ruas jalan tol maupun non tol yang digunakan pemudik terlihat perang jargon spanduk antara pendukung versus penentang Jokowi. Masing-masing pihak menerjemahkan gagasan politik untuk meraih keuntungan.
Menanggapi perbedaan pandangan politik itu, Ketua DPP Partai NasDem Syahrul Yasin Limpo mengatakan, tujuan mudik adalah mencari kebahagiaan. Sehingga, suasana bahagia dan baik itu seyogyanya tidak dirusak hal-hal memicu ketegangan.
"Idul Fitri ini anugerah luar biasa karena jutaan orang bisa berkumpul kembali dalam kebahagiaan dan kebaikan. Tidak enak kalau kumpul-kumpul berujung membenci karena ada yang memaksakan pandangan atau pendapatnya,” ujarnya, Kamis (14/6/2018).
Suasana mudik lebaran diharapkan tidak dicemari ketegangan apalagi permusuhan karena perbedaan pandangan politik. Menurut dia, ada oknum mengajak pemudik menceritakan hal-hal negatif dari pemerintahan sekarang. Ada pula ajakan menyebarkan hal tidak jelas kebenaran.
Untuk itu, dia meminta, masyarakat agar tidak menyia-nyiakan puasa dan nuansa Idul Fitri dengan menyebarkan hal yang tidak jelas kebenaran. Dia meyakini, lebih banyak orang memilih membahas hal baik.
"Hal itu sama saja berbohong. Kalau bisa, setelah mudik, lanjutkan kebiasaan untuk berbagi kebaikan dan menghentikan iri dengki oleh alasan yang tidak jelas,” kata dia.
Sejauh ini, dia menilai, Indonesia merupakan salah satu negara yang pengalaman Islamnya dikagumi banyak negara lain. Dunia internasional mempercayai Indonesia karena Islam bisa berdampingan dengan demokrasi.
Dalam berbagai kesempatan, banyak negara belajar ke Indonesia tentang cara menyandingkan Islam dan demokrasi serta pengalaman Islam yang ramah serta damai.
"Banyak negara mengaku sangat ingin menimba pengalaman dari Indonesia yang menyandang dua status penting, negara berpenduduk muslim terbanyak sekaligus salah satu dari lima besar negara demokrasi," katanya.