Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

PSI Minta Pemerintah Bertindak Tegas dalam Kasus Tenggelamnya KM Sinar Bangun di Danau Toba

Dara Adinda Kesuma Nasution, mengatakan partainya meminta pemerintah bertindak tegas terkait hal ini.

Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in PSI Minta Pemerintah Bertindak Tegas dalam Kasus Tenggelamnya KM Sinar Bangun di Danau Toba
TRIBUN MEDAN/Riski Cahyadi
Tim gabungan melakukan pencarian penumpang Kapal Motor Sinar Bangun di Perairan Danau Toba, Sumatera Utara, Selasa (19/6/2018). Kapal Motor Sinar Bangun yang membawa 128 penumpang tenggelam di Danau Toba, Sumatera Utara pada 18 Juni 2019. Hingga kini Basarnas berhasil menemukan 18 korban selamat dan satu korban meninggal dunia.TRIBUN MEDAN/RISKI CAHYADI 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Partai Solidaritas Indonesia (PSI) menyatakan belasungkawa sebesar-besarnya atas musibah tenggelamnya KM Sinar Bangun di perairan Danau Toba, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, pada Senin (18/6) sore.

Juru bicara PSI, Dara Adinda Kesuma Nasution, mengatakan partainya meminta pemerintah bertindak tegas terkait hal ini.

Mengingat, kata dia, ada dugaan bahwa kecelakaan dan jatuhnya korban dalam musibah ini terkait dengan diabaikannya aspek legalitas dan aspek perlindungan keselamatan para penumpang.

“Kami sangat bersedih dengan peristiwa yang memakan korban ini,” ujar Dara, dalam keterangan tertulis, Rabu (20/6/2018).

“Namun kami tidak bisa hanya bersedih. Kita harus bersama mendesak agar pemerintah serius melindungi nasib warga yang menggunakan transportasi umum. Dari yang saya tahu, kapal berjalan tanpa manifes penumpang, dan jumlah penumpang jauh melampaui kapasitas seharusnya. Saya juga mendengar bahwa di kapal tersebut tidak ada jaket pengaman dan tidak ada perahu karet untuk menyelamatkan penumpang," imbuhnya.

Dara juga mengapresiasi tim SAR, kepolisian, dan masyarakat yang hingga kini terus melakukan pencarian korban yang belum ditemukan dan hilang.

Sejauh ini berbagai ketidakpastian menyelimuti peristiwa tenggelamnya kapal wisata tersebut. Dikabarkan, sudah ada dua penumpang diketahui tewas, sementara 18 berhasil diselamatkan.

Berita Rekomendasi

Namun, angka ini bisa saja terus berubah karena tidak ada yang tahu pasti berapa jumlah penumpang sebenarnya. Sementara proses pencarian korban sendiri sempat dihentikan karena cuaca buruk. Hingga kemarin, ada sekitar 200 orang dilaporkan hilang oleh keluarga.

Tengelamnya kapal tersebut terjadi sekitar dua kilometer setelah kapal meninggalkan pelabuhan Tiga Ras, Danau Toba. Kapal sedang berlayar dari pelabuhan di Kabupatan Simalungun menuju Simanindo.

Menurut pemberitaan sejumlah media, kapal wisata itu penuh sesak oleh penumpang dan kendaraan roda dua.

Diperkirakan lebih dari 100 penumpang (termasuk anak-anak) dan sejumlah kendaraan bermotor berada di atas kapal. Ini yang menyebabkan kapal sulit dikendalikan ketika angin kencang dan ombak besar datang akibat cuaca buruk.

Lebih parahnya lagi, para penumpang ternyata tak bisa memperoleh jaket pengaman ataupun perahu karet yang seharusnya tersedia di setiap kapal.

Menurut Dara, di atas segala-galanya, faktor keselamatan penumpang adalah yang terpenting.

"Pemerintah harus bertindak ekstra tegas. Perusahaan penyedia jasa transportasi tentu perlu mencari untung. Namun tidak boleh sedikit pun mengabaikan keselamatan para penumpang," tegasnya.

“Nyawa manusia tidak boleh dijadikan sekadar mainan. Pemerintah harus menindak tegas siapapun yang bertanggungjawab atas tragedi ini. Evaluasi dan tindak tegas penting agar kejadian ini tidak terulang kembali," pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas