Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Gerindra Klaim Satu-satunya Partai yang Bebas Korupsi di DPR

Ketua DPP Pemuda Partai Gerindra Andy Rahmat Wijaya tidak menampik bahwa sejumlah partai politik dekat dengan pusaran korupsi.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Gerindra Klaim Satu-satunya Partai yang Bebas Korupsi di DPR
Tribunnews.com/Reza Deni

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reza Deni

TRIBUNNEWS.COM JAKARTA - Ketua DPP Pemuda Partai Gerindra Andy Rahmat Wijaya tidak menampik bahwa sejumlah partai politik dekat dengan pusaran korupsi.

"Kalau ukurannya umum, semua partai di parlemen pernah tersangkut korupsi, dari partai pemenang Pemilu atau paling bawah, paling sedikit kursi (di DPR)," ujar Andy dalam diskusi bertajuk Mencari Partai Anti Korupsi di kantor PP Muhammadiyah Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (25/7).

Namun, Andy tidak menyebutkan partai-partai mana yang dimaksud.

Dari sejumlah partai tersebut, diklaim olehnya, Partai Gerindra merupakan satu-satunya partai yang bebas korupsi jika tolak ukurnya adalah kader yang masuk di DPR RI.

"Sampai saat ini paling tinggi anggota partai yang terjerat korupsi di jenjang DPRD. Kalau di DPR RI, Gerindra satu-satunya yang belum kena (korupsi), mudah-mudahan enggak pernah kena, kalau DPRD ada beberapa," sambungnya.

Baca: Fahri: Presiden Tidak Etis Teken PP soal Gubernur Nyapres

Andy menuturkan, kader yang tidam terjerat korupsi di jenjang DPR RI karena Gerindra menerapkan program mitigasi supaya setiap kader tidak ada yang terjerumus ke lubang hitam pelanggaran pidana itu.

BERITA TERKAIT

"Setiap anggota partai rutin melaporkan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN), sehingga aparat penegak hukum bisa memantau perkembangan keungan kader Gerindra," tambahnya

Di sisi lain, Andy menilai banyak anggota partai yang terjerat korupsi karena efek sistem demokrasi terbuka.

"Partai juga saat ini telah disalahfungsikan," imbuhnya.

Andy menambahkan, para kader partai tersebut hanya berorientasi terhadap kekuasaan, sehingga menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya.

"Asumsi saya sistem demokrasi kita kecenderungannya koruptif, mengarah ke deparpolisasi, orang udah enggak berpikir ideologi partai, yang penting duduk di parlemen, makanya ujung-ujungnya ya ada transfer pemain," pungkasnya.

Sumber: TribunJakarta
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas