PKS Mengaku Lebih Takut Ditinggal Ulama Daripada Prabowo
Suhud Aliyudin berpendapat bahwa partainya merasa lebih khawatir ditinggal ulama dibanding ditinggal Prabowo.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Pencapresan DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Suhud Aliyudin berpendapat bahwa partainya merasa lebih khawatir ditinggal ulama dibanding ditinggal Prabowo.
Hal itu disampaikannya terkait dengan adanya rekomendasi dari Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Ulama (GNPF-U) terhadap ketua majelis syuro PKS, Habib Salim Segaf Al Jufri.
“Kami menghargai dan berterima kasih kepada GNPF ulama yang merekomendasikan Habib Salim Segaf al Jufri sebagai calon wakil presiden mendampingi pak Prabowo. Karena sejalan dengan prinsip perjuangan PKS, yang akan senantiasa bersama umat dan ulama. Karena kami sebenarnya lebih khawatir ditinggal umat dan ulama ketimbang ditinggal Pak Prabowo,” katanya dalam acara talkshow di sebuah stasiun televisi swasta, Minggu (29/7/2018).
Baca: Usai Bertemu SBY, Prabowo Sambangi DPP PKS
Ketidakkhawatiran ditinggal Prabowo ketimbang ulama itu setidaknya sesuai dengan pernyataannya beberapa waktu lalu di hadapan media, bahwa komunikasi dengan Gerindra terkait posisi capres-cawapres belum mencapai 100 persen, dan masih terbukanya semua kemungkinan.
"Proses komunikasi sekarang sudah bisa dikatakan 80 persen. Tapi di dalam politik kan semua kemungkinan bisa terjadi. Tinggal 20 persen lagi," kata Suhud dalam diskusi 'Cerita di Balik Drama Copras Capres' di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (28/7/2018).
Suhud bahkan menyebut masih ada kemungkinan PKS dan Gerindra tidak menemukan kesepakatan.
Hal itu, menurutnya akan ditentukan dalam komunikasi di antara kedua partai beberapa hari ke depan.
Menaggapi hal ini, pengamat politik Ray Rangkuti berpendapat, bawah wajar saja PKS menerima rekomendasi GNPFU karena kebetulan yang direkomendasikan sebagai cawapres Prabowo adalah ketua majelis syuronya.
Namun menurutnya, semua tergantung Prabowo apakah akan mengikuti rekomendasi GNPFU atau tidak.
Ray menambahkan bahwa Prabowo kemungkinan akan berfikir dua kali memilih cawapres dari PKS karena akan membawanya terlalu ke pojok kanan.
"Apalagi dari sisi elektabilitas tidak akan signifikan meningkatkan suara Prabowo," katanya, saat dihubungi, Senin (30/7/2018).