5 Nama Ini Dinilai Layak Jadi Cawapres Jokowi Jika Prabowo Gandeng UAS atau Salim Segaf
Sebetulnya, menurut dia, nama kelima tokoh itu sudah banyak disebut-sebut memiliki peluang untuk mendampingi Jokowi.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Diusulkannya nama Ustad Abdul Somad (UAS) dan Habib Salim Segaf Aljufri sebagai kandidat calon Wakil Presiden (cawapres) dari kubu Prabowo boleh jadi akan ikut mengerek peluang sejumlah nama cawapres di kubu petahana Joko Widodo (Jokowi).
Pengamat politik dari Sinergi Masyarakat untuk Demokrasi Indonesia (Sigma), Said Salahudin menilai Kyai Ma'ruf Amin, Din Syamsuddin, Abdul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB), Jimly Asshiddiqie, dan Mahfud MD adalah nama-nama cawapres Jokowi yang mungkin saja diuntungkan oleh kemunculan UAS dan Habib Salim.
Sebetulnya, menurut dia, nama kelima tokoh itu sudah banyak disebut-sebut memiliki peluang untuk mendampingi Jokowi.
Baca: Ini yang Akan Dilakukan PKS Jika Kadernya Tak Dipilih Jadi Cawapres Prabowo
Tetapi probabilitas kelima tokoh itu agak terhambat oleh kandidat lain yang berasal dari unsur parpol.
"Sebagai orang non-parpol, mereka dianggap tidak punya kontribusi dalam soal pengusulan capres-cawapres," ujar Said kepada Tribunnews.com, Rabu (1/8/2018).
Sementara kandidat dari unsur parpol, kata dia, merasa memiliki modal elektoral untuk mengusung Jokowi.
Nah, lanjut dia, ketika kubu penantang berencana memasang tokoh agama sebagai calon pendamping Prabowo Subianto, maka peluang kelima tokoh untuk mendampingi Jokowi bisa ikut menanjak.
Sebab, ia menilai, untuk mengimbangi UAS atau Habib Salim dalam merebut suara pemilih muslim, Jokowi memerlukan figur yang juga memiliki pengaruh kuat dikalangan pemilih muslim.
"Dilihat dari daftar nama cawapres yang sudah beredar, nama Kyai Ma'ruf, Pak Din, TGB, Jimly, atau Mahfud MD mungkin menjadi figur yang paling mendekati kriteria dimaksud," jelasnya.
Jika kriterianya diarahkan pada figur ulama murni, maka, menurut dia, nama Kyai Ma'ruf dan Din sepertinya pantas dipertimbangkan oleh Jokowi.
Alasannya, figur Kyai Ma'ruf cukup menonjol di kalangan pemilih muslim.
"Dia sering dijadikan sebagai rujukan oleh para ulama. Dia pimpinan MUI yang menaungi berbagai ormas Islam, sekaligus petinggi di Ormas Nahdlatul Ulama (NU)," jelasnya.
Sedangkan Din juga punya 'background' yang mirip dengan Kyai Ma'ruf. Yakni pernah memimpin MUI, juga pernah memimpin Ormas Muhammadiyah.
"Sedikit kelebihan Pak Din dibandingkan Kyai Ma'ruf mungkin karena dia juga dikenal sebagai seorang intelektual dan berasal dari luar Pulau Jawa," paparnya.
Jika kriterianya diarahkan pada kombinasi ulama sekaligus politisi, kata dia, nama TGB bisa dipikirkan.
"Dia pernah memimpin Ormas Islam Nahdlatul Wathan, dan pernah pula masuk dalam kepengurusan Partai Demokrat," katanya.
Dalam hal kriteria yang diinginkan adalah perpaduan antara figur ulama dan ahli hukum, maka, menurutnya, nama Jimly dan Mahfud bisa menjadi pilihan Jokowi.
Kata dia pula, banyak orang lebih mengenal Jimly dan Mahfud sebagai pakar hukum tata negara, sebab mereka sama-sama pernah menjadi Ketua Mahkamah Konstitusi.
Tetapi kedua tokoh itu sebetulnya juga adalah juru dakwah sekaligus pemikir Islam.
Jimly saat ini menjabat sebagai Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI)
Sedangkan Mahfud, walaupun sudah agak lama, pernah menjadi Presidium Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI).
"Sedikit kelebihan Jimly dari Mahfud adalah, Jimly berasal dari luar Pulau Jawa dan tidak pernah masuk dalam tim kampanye Pilpres," jelasnya.