Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Cerita Pendaki yang Terjebak di Gunung Rinjani ketika Terjadi Gempa

"Kami saat itu berenam, bersama dua porter dan guide. Pada waktu gempa pertama itu kami posisinya sedang setengah jalan naik Bukit Pelawangan Senaru..

Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in Cerita Pendaki yang Terjebak di Gunung Rinjani ketika Terjadi Gempa
Youtube
Ketegangan yang dirasakan para pendaki Gunung Rinjani saat gempa 6,4 SR mengguncang Lombok, NTB, Minggu 29 Juli 2018. Satu pendaki asal Makassar meninggal. 

TRIBUNNEWS.COM - Bagus, pendaki yang terjebak di Gunung Rinjani ketika terjadi gempa bumi, menceritakan kisahnya lolos dari longsornya bebatuan di lokasi tersebut, pada Minggu (29/7), sekira pukul 06.47 Wita. Ia bersama rekan-rekannya bisa selamat berkat bantuan porter dan guide (pemandu pendakian).

"Kami saat itu berenam, bersama dua porter dan guide. Pada waktu gempa pertama itu kami posisinya sedang setengah jalan naik Bukit Pelawangan Senaru. Pas gempa, tiba-tiba batu-batu pada berjatuhan, debu banyak sekali," ujarnya, Selasa (31/7).

Baca: Pilot Heli Nekat Evakuasi Jenazah

Tak pelak Bagus dan kawan-kawan kebingungan. "Posisi kami waktu itu sudah tidak tahu mau seperti apa lagi, tapi Alhamdulillah berkat bantuan Pak Dudin (guide), Pak Sunadi (porter), dan Mas Edi (porter), kami bisa selamat. Mereka setia menemani kami, setelah gempa pertama itu kami disuruh naik ke Batu Ceper," ucapnya.

Aksi penyelamatan melalui jalur udara dimulai pada pukul 08.49. Sekitar satu jam lamanya, helikopter yang berangkat dari Lapangan Sembalun membawa logistik bagi tim evakuasi dan kembali membawa tiga pendaki, termasuk Bagus.

Cerita dramatis juga terjadi di lokasi pengungsian. Sedikitnya lima orang perempuan berjuang melahirkan di tenda Posko Bencana Gempa, Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat.

"Dari lima orang itu, satu orang sudah melahirkan bayinya dalam keadaan sehat. Sebanyak empat ibu lainnya masih ada yang bukaan satu, bukaan dua, bukaan tiga, dan bukaan tujuh. Kondisi yang bukaan dua dan tiga sudah keluar air banyak," kata Dwi Maida Suparina, seorang bidan.

Ia mengatakan, lima orang perempuan dengan usia kehamilan sembilan bulan itu dibawa ke Posko Bencana Gempa karena ruang Unit Gawat Darurat Puskesmas Sembalun hancur akibat gempa. Masih sering terjadi gempa susulan menjadi pertimbangan untuk tidak menggunakan puskesmas. Temboknya dikhawatirkan roboh.

Berita Rekomendasi

Dwi menambahkan ibu-ibu yang sedang berjuang melahirkan bayinya tersebut dibawa ke posko secara bertahap oleh petugas medis. "Ada yang dibawa Senin, dan ada yang dibawa dini hari tadi (Selasa)," ujarnya.

Ibu-ibu tersebut juga mendapat pertolongan dari dokter dari Pusat Layanan Umum 119 RSUD Kota Mataram, yang bertugas di Posko Bencana Gempa Sembalun. Dokter Anita Rahman mengaku terus melakukan observasi terhadap kondisi empat orang ibu yang segera melahirkan.

"Kami tidak berani mengambil tindakan memberi perangsang karena itu harus dilakukan minimal di puskesmas yang punya peralatan memadai. Jadi kemungkinan akan dirujuk ke rumah sakit," katanya. (tribunnetwork/malau)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas