Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

SCKD 2018, Ilmuwan Diaspora Diajak Rumuskan Arah Pembangunan SDM Indonesia

Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) sebagai penyelenggara memastikan sebanyak 47 orang ilmuwan diaspora

Editor: Content Writer

Simposium Cendekia Kelas Dunia (SCKD) 2018 kembali digelar. Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) sebagai penyelenggara memastikan sebanyak 47 orang ilmuwan diaspora akan berpartisipasi pada kegiatan tahunan yang telah terlaksana sejak tahun 2016 silam.

Berdasarkan evaluasi pelaksanaan SCKD tahun lalu, Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti, Ali Ghufron Mukti mengatakan program ini telah memberikan impak positif.

Kolaborasi antara ilmuwan diaspora dengan akademisi dalam negeri sejauh ini telah menghasilkan setidaknya 28 joint publication di jurnal-jurnal internasional bereputasi.

ristekdikti

Kendati demikian, Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti, Ali Ghufron Mukti mengatakan, kali ini ilmuwan diaspora diberi tugas tambahan untuk memberikan rekomendasi terkait pengembangan sumber daya manusia (SDM) Tanah Air.

Menurut Dirjen Ghufron, para ilmuwan diaspora yang diundang telah memiliki kapasitas dan kapabilitas mumpuni, baik dalam hal ilmu pengetahuan maupun kepemimpinan.

Tak hanya itu, mereka juga dapat membagikan kultur akademik yang baik untuk diadopsi di perguruan tinggi Indonesia.

"Kolaborasi itu perlu berlanjut dengan arah program kolaborasi yang baru, dan mampu memberikan dampak bagi masyarakat. SCKD tahun ini, 47 ilmuwan diaspora akan diajak berkontribusi dalam penyusunan rekomendasi kebijakan pembangunan SDM Indonesia. Sehingga mereka ini datang ke Indonesia tidak hanya untuk pulang kampung, tetapi memberikan sesuatu di kampung halamannya," kata Dirjen Ghufron.

Berita Rekomendasi

Lebih lanjut, pria yang juga tengah menjabat sebagai Pjs. Rektor Universitas Trisakti itu menjelaskan setelah pembangunan infrastruktur rampung, Indonesia akan memprioritaskan pembangunan kualitas SDM.

Terlibatnya para ilmuwan diaspora dalam penyusunan kebijakan bertujuan agar mereka mengetahui akar permasalahan dan potensi pembangunan bangsa ini.

"Dengan mengetahui inputnya, ilmuwan diaspora akan lebih mudah merancang metode dan menentukan alat yang baik dan tepat. Tetapi tentu dengan keahlian bidang mereka masing-masing," sebut Dirjen Ghufron.

Karena hal itu, dalam penyelenggaraan SCKD 2018 ini, para ilmuwan diaspora dibagi ke dalam lima klaster kebijakan, meliputi: 1) klaster sumber daya riset dasar terapan; 2) kolaborasi dan jejaring dosen dan peneliti serta industri; 3) kompetensi dosen dan peneliti; 4) optimalisasi pemberdayaan dosen universitas kelas dunia dan peran ilmuwan diaspora Indonesia; dan 5) tata kelola universitas riset, pusat riset unggulan, dan pendidikan tinggi di era revolusi industri 4.0.

ristekdikti

Di setiap klaster, mereka akan membahas topik-topik kebijakan tersebut dengan stakeholder terkait, seperti pemerintah, profesional, dan para ahli di bidangnya.

Kesempatan ini pun dimanfaatkan langsung oleh pemangku kepentingan, baik di lingkungan Kemenristekdikti maupun kementerian lainnya.

Selain Dirjen Ghufron, Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaa Intan Ahmad, Dirjen Kelembagaab Iptek dan Dikti Patdono Suwignjo, Dirjen Penguatan Inovasi Jumain Appe, dan Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan Muhammad Dimyati ikut serta di setiap klaster.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas