Perjuangan Rashid Mencari Keluarga di Tengah Reruntuhan Gempa Palu
Perjuangan Rashid demi bertemu keluarga terkasih tidaklah mudah. Ia harus tidur di bandara selama berhari-hari untuk mendapatkan penerbangan paling aw
Penulis: Ria anatasia
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, PALU - Ketika gempa berkekuatan 7,5 SR mengguncang Palu, Sulawesi Tengah, Jumat (28/9/2018) lalu, seorang penjual makanan bernama Sharif meneriaki sang istri, Umi dan anak-anaknya agar meninggalkannya dan berlari secepat mungkin ke atas gunung. Sharif merasakan sesuatu yang sangat buruk tengah menghampirinya.
Tak lama setelah gempa, tiba-tiba tanah di rumah mereka meleleh dan berubah menjadi lumpur. Fenomena yang disebut likuifasi ini menelan ribuan bangunan di kota itu. Bak ditelan bumi, Sharif pun tak terlihat sejak peristiwa itu.
Rashid (22), putra Sharif, menaiki penerbangan ke Palu pada Rabu (3/10/2018). Pemuda ini merantau ke Jakarta dan bekerja sebagai buruh untuk membantu perekonomian keluarga.
Perjuangan Rashid demi bertemu keluarga terkasih tidaklah mudah. Ia harus tidur di bandara selama berhari-hari untuk mendapatkan penerbangan paling awal ke Palu.
Baca: BNPB: Korban Tewas Gempa dan Tsunami di Sulteng 1.424 Orang
Pasca gempa, pemerintah membatasi akses ke kota itu, sehingga Rashid kesulitan menghubungi orang-orang di kampung halamannya.
"Ketika gempa terjadi, saya langsung menelepon ayah. Namun tidak ada yang menjawab teleponnya," kata Rashid, seperti dikutip dari Al-Jazeera, Kamis (4/10/2019).
"Saya masih berusaha menghubunginya," sambungnya seraya menangis.
Pada Senin (1/4/2018), pria ini baru mendapat kabar bahwa Umi dan empat saudara kandungnya selamat dari gempa disertai tsunami setelah mendaki gunung di wilayah itu.
"Adik saya yang masih remaja tak ada di rumah pada saat itu. Jadi, ibuku harus menggendong tiga adikku yang kecil saat berlari ke atas gunung," cerita Rashid sambil menggeleng tak percaya.
"Sayangnya, ayahku... Ayah bahkan tak bisa kabur."
Rashid mengatakan, dirinya membawa makanan, air dan obat-obatan untuk anggota keluarganya yang masih hidup.
"Saya membayangkan situasi yang dihadapi keluarga saya saat itu. Ketika Ibu dan adik-adik saya melarikan diri, mereka hanya mengenakan satu setel pakaian, tak ada lagi," kata Rashid.
"Semoga apa yang aku bawa bisa sedikit membantu," tuturnya.
Setibanya di Palu, Rashid harus berjuang mendaki gunung demi bertemu langsung keluarga tercinta.