Sembilan Catatan Penting Kebohongan Ratna Sarumpaet
Ketiga, kebohongan awal yang dilakukan seseorang, siapapun dia, termasuk RS, akan cenderung dilanjutkan dengan kebohongan berikutnya
Penulis: Yanuar Nurcholis Majid
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat politik komunikasi Emrus Sihombing menilai setidaknya ada sembilan catatan penting terkait pengakuan kebohongan aktivis Ratna Sarumpaet (RS) dari aspek komunikasi politik di tengah geliat tahun politik di Indonesia.
"Pertama, setiap pesan yang dilontarkan ke ruang publik, termasuk hoaks yang disampaikan RS, tidak bisa ditarik apalagi hilang sekalipun minta maaf," ujar Emrus, melalui keterangan, Kamis (4/10/2018).
Berikutnya setiap pesan komunikasi, termasuk yang disampaikan RS utamanya dalam bentuk hoaks, ujaran kebencian dan eksploitasi SARA akan tersimpan di peta kognisi khalayak (publik) lebih lama.
"Ketiga, kebohongan awal yang dilakukan seseorang, siapapun dia, termasuk RS, akan cenderung dilanjutkan dengan kebohongan berikutnya untuk menutupi kebohongan sebelumnya," ucap Emrus.
Selanjutnya ialah kepercayaan khalayak terhadap RS, secara hopitetis, akan tergerus tajam. Kredibilitasnya pun akan terjun bebas di mata publik.
Point ke lima, merujuk pada teori gunung es, kebohongan RS tersebut, sebagai puncak dari perilaku yang diperankan RS sebelumnya.
"Artinya, publik sulit percaya kepada pernyataan RS sebelumnya sepanjang sebagai aktifis," ujarnya.
Keenam, langsung atau tidak langsung, kredibilitas para tokoh yang "termakan" dari pengakuan awal dar RS, secara hipotetis, akan dipertanyakan oleh publik karena tidak melakukan klarifikasi dari berbagai sumber.
"Antara lain dari dokter yang menangani RS, sebelum memberikan tanggapan di ruang publik," ujarnya.
Berikutnya pengakuan kebohongan RS, bisa berimbas terhadap pemimpin yang sempat mendapat dukungan dari RS, yakni Prabowo Subianto.
"Kedelapan, pengakuan kebohongan dari RS bisa mempengaruhi sikap publik dan perilaku memilih masyarakat kepada salah satu paslon pilpres pada pemilu 2019," ujar Emrus.
Terakhir perlu diketahui bahwa lebih sulit memperbaiki citra yang sudah kurang baik daripada membangun atau menciptakan citra baru.
Karena itu, menurut Emrus sangat sulit me-recover citra tokoh yang didukung oleh RS karena elit utama dari koalisi tersebut sudah sempat memberikan pernyataan dukungan penuh terhadap pengakuanyang sebelumnya dilakukan oleh RS dan kemudian diakuinya sebagai kebohongan.
"Untuk itu, menurut hemat saya tim dari poros politik yang didukung oleh RS harus segera menyusun dan mengimplementasikan strategi dan program komunikasi politik yang jitu untuk mewujudkan perjuangan politik," ujar Emrus.