Tiga Makna Pidato HD di Depan Monpera
Meski harus berdesakan, warga rela berduyun-duyun mendatangi Monpera demi melihat langsung gubernur dan wakil gubernur Sumsel kebanggaan mereka.
Terik matahari yang menyengat tak menyurutkan antusias warga Sumsel untuk menghadiri orasi perdana Gubernur Sumsel Herman Deru dan Wakil Gubernur Sumsel Mawardi Yahya di halaman Monumen Perjuangan Rakyat (Monpera), Selasa (2/20) siang.
Meski harus berdesakan, warga rela berduyun-duyun mendatangi Monpera demi melihat langsung gubernur dan wakil gubernur Sumsel kebanggaan mereka.
Mengenakan batik lengan panjang bernuansa ungu, orang nomor satu di Sumsel itu memulai orasinya dengan sangat berwibawa.
Herman Deru mengatakan sangat berterima kasih atas kepercayaan yang sudah diberikan warga Sumsel padanya dan Mawardi Yahya untuk memimpin pemerintahan Sumsel lima tahun ke depan dan menjadikannya provinsi ini maju dan sejahtera.
Dengan gayanya yang khas, Herman Deru mengungkapkan tiga makna penting yang ingin disampaikannya kepada masyarakat terkait pemilihan lokasi orasi perdananya di halaman Monpera.
Selain untuk menghargai jasa pahlawan dan tokoh-tokoh yang sudah berjasa membangun Sumsel, pidato perdana 1ini sengaja digelar di tempat terbuka (Monpera) juga memiliki makna khusus.
Dengan digelar di tempat terbuka orasi ini diharapkannya dapat menginspirasi seluruh jajaran pemangku kebijakan dan masyarakat untuk berani terbuka dan apa adanya. Transparan dan tidak tertutup kepada masyarakat apalagi menutupi kebobrokan dan kepura-puraan.
"Pidato di Monpera dan digelar secara terbuka ini ada makna tersendiri. Artinya saya selaku Gubernur mengajak pemerintah dan
masyarakat menjunjung keterbukaan. Begitupun kenapa saya memilih berpidato di depan Masjid Agung ini juga ada artinya. Saya mengajak
kita semua senantiasa terikat dengan nilai-nilai agama. Ini penting karena akan menjadi panduan dalam menjalankan amanah memimpin Sumsel,"tegas mantan Bupati OKU Timur dua periode tersebut.
Selain mengajak warga dan pemerintahan menjunjung keterbukaan HDMY juga menyerukan ajakan bersatu. Dia meminta semua kalangan masyarakat melupakan perbedaan pilihan, menghapus luka duka dan menggantinya dengan rasa optimisme yang tinggi.
"Sumsel ini tanah air kita, tanah tumpah darah kita, tanah tempat kita berpijak. Mari kita bangun, kita tata, kita perbaiki yang buruk dan
sempurnakan yang sudah berjalan. Inilah saatnya kita bertekad bersama Bersatu Memajukan Sumsel," ujarnya.
Suami dari Febrita Lustia inipun meminta dukungan masyarakat dannmendo’akan HDMY agar dapat bekerja dengan baik. Memenuhi komitmen dan janji program utamanya yakni menyetop angkutam batu bara yang menggunakan jalanan umum.
"Saya perintahkan staf dan dinas terkait segera menindaklanjuti perintah ini," tegasnya.
Selanjutnya, mengenai program-program teknis yang sudah disampaikannya dalam kampanye kata Herman Deru juga akan segera ditindaklanjuti secepat-cepatnya.
"Kita kerjakan dengan penuh konsentrasi, mungkin pada praktiknya akan ada penyesuaian di sana-sini tetapi prinsipnya adalah bagaimana semua bermuara pada peningkatan kesejahteraan rakyat Sumsel secara menyeluruh," ujarnya penuh semangat.
Usai melakukan pidato perdananya, HDMY yang datang didampingi sang istri dan keluarga besar melanjutkan agendanya Shalat Dzuhur perdana di Masjid Agung sebagai Gubernur Sumsel. Tak perlu menunggu lama, sesaat turun dari podium menuju Masjid Agung, pasangan HDMY ini langsung jadi buruan warga yang berebutan hendak menyalami dan berswa foto.(*)