Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Bawa Bantuan Logistik Melintasi Perbatasan Sulteng Menunggu Matahari Terbit Jika Tak Ingin Diadang

Setelah empat jam perjalanan, sopir yang membawa Tribun dan tim dari Dompet Dhuafa, Nunu mulai gundah.

Penulis: Amriyono Prakoso
Editor: Dewi Agustina
zoom-in Bawa Bantuan Logistik Melintasi Perbatasan Sulteng Menunggu Matahari Terbit Jika Tak Ingin Diadang
Tribunnews.com/Amriyono
Puluhan truk membawa logistik bantuan untuk korban gempa dan tsunami di Donggala dan Palu, Sulawesi Tengah. TRIBUNNEWS.COM/AMRIYONO 

TRIBUNNEWS.COM, PALU - Datang menggunakan pesawat dari Jakarta menuju Mamuju, Sulawesi Barat, Tribun yang juga bekerjasama dengan Dompet Dhuafa mengarungi perjalanan darat menuju Palu Sulawesi Tengah.

Tidak banyak hal yang dapat terlihat ketika Tribun melalui jalan trans Sulawesi yang sudah diaspal secara baik.

Hanya, semakin larut, dengung sirine Ambulance berkali-kali terdengar disertai tiga sampai empat mobil di belakangnya.

Setelah empat jam perjalanan, sopir yang membawa Tribun dan tim dari Dompet Dhuafa, Nunu mulai gundah.

Beberapa kali dia menelepon sesama sopir lainnya.

"Bagaimana? Bisa masuk kah?" tanya dia di sambungan telepon dengan logat Sulawesi yang khas saat mulai masuk ke Kabupaten Pasangkayu, Sulawesi Barat, Jumat (5/10/2018) dini hari.

Baca: Keluarga Korban Kapal Tenggelam di Danau Toba: Ratna Terlalu Tega Lukai Kami

Belum sempat kami bertanya, dia menengok ke arah belakang dan bertanya "Dikawal tidak sih?" ucapnya kepada kami.

Berita Rekomendasi

Pria asal Majene itu menceritakan bahwa untuk membawa logistik masuk ke perbatasan Sulawesi Tengah, harus ada pengawalan dari pihak aparat untuk mengantar hingga Kota Palu.

Jika tidak, maka hal yang tidak diinginkan seperti penghentian paksa dan penjarahan oleh masyarakat sekitar bisa saja terjadi.

Atas dasar keselamatan, akhirnya Tribun dan tim memilih untuk sejenak menunggu pagi di Masjid Raya Pasangkayu.

Tidak hanya satu, belasan truk pembawa logistik untuk bantuan juga terparkir di halaman masjid. Dengan alasan yang sama, mereka memilih untuk menunggu matahari terbit.

Baca: Suasana Haru saat Bayi yang Dibuang dari Lantai 3 Mal Bertemu Sang Nenek untuk Pertama Kalinya

"Kalau pagi sama siang aman. Kalau malam begini, enggak berani deh. Kadang siang ke sore saja bisa kena juga di tengah situ," jelas seorang sopir truk bantuan dari Kementerian Sosial bercerita.


Usai Salat Subuh, Tribun kemudian mulai masuk tanpa kawalan dan semua hal berjalan secara lancar hingga posko induk yang berada di tengah Kota Palu usai menyisir beberapa lokasi terdampak di Kabupaten Donggala.

Komandan Kompi Posko TNI AD Kabupaten Donggala, Kapten Armed Susetyo Setya Dika kepada Tribun menjelaskan masih ada puluhan truk yang tertahan di perbatasan. Baik yang berasal dari Makassar, Mamuju, Gorontalo dan Poso.

"Iya semua masih tertahan di perbatasan. Tidak berani masuk karena memang harus ada pengawalan. Masih terjadi pengadangan di tengah jalan soalnya," kata dia.

Korban Bertambah
Korban gempa dan tsunami di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah kian bertambah.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat hingga H+7 atau Jumat (5/10/2018) pukul 16.00 WIB, jumlah korban meninggal yang berhasil ditemukan sebanyak 1.571 orang.

"1.571 korban meninggal dunia. Perinciannya 144 di Donggala, 1.352 di Palu, 62 di Sigi, 12 di Moutoung dan 1 orang di Pasang Kayu," ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho.

Sutopo mengatakan, kebanyakan korban meninggal akibat tertimpa reruntuhan bangunan saat gempa dan tsunami. Sedangkan 1551 korban sudah dimakamkan.

Sementara itu, BNPB juga menerima laporan sebanyak 2.549 orang mengalami luka berat dan masih menjalani perawatan di rumah sakit.

"Sebanyak 2.549 orang luka berat yang di rawat di rumah sakit, dan 113 orang masih dinyatakan hilang," tuturnya.

BNPB, lanjut Sutopo memastikan jumlah korban masih akan terus bertambah. Sedangkan hingga kemarin sebanyak 437 gempan susulan masih terus mengguncang Sulteng.

"Gempa menurut BMKG, 437 gempa susulan dan intensitasnya semakin menurun. Ini masih berlangsung bisa 1.000 gempa susulan, ini sifatnya normal," ujar Sutopo. (amriyono/Tribunnews)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas