Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik Gelar Sosialisasi Pemilu Bertema 'Menjadi Pemilu Cerdas'
pemilu 2019 akan menyedot segmen terbanyak adalah generasi milenial, yaitu rentang usia 17-35 tahun.
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG – Dalam upaya mensukseskan pemilu serentak 2018, Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik menyelenggarakan kegiatan forum Sosialisasi Pemilu dengan tema “Menjadi Pemilu Cerdas”.
Kegiatan ini merupakan kerja sama antara pemerintah dengan KPU Provinsi Jawa Barat dan Universitas Widyatama, Bandung.
Tenaga Ahli Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika Hendrasmo menyatakan pemilu 2019 akan menyedot segmen terbanyak adalah generasi milenial, yaitu rentang usia 17-35 tahun.
Karena itu, menurutnya pemerintah menganggap perlu untuk mengadakan sosialisasi pemilu dan anti hoax, karena segmen usia ini merupakan pengguna aktif media sosial.
“Data menunjukkan kebiasaan millenial mendapatkan informasi dari media sosial. Jumlah penerima hoax 42% di WA (Whatsapp) dan Facebook. Hoax ini adalah upaya disinformasi atau fake news yang sengaja diciptakan, oleh akun-akun yang dipalsukan,” kata dia dalam siaran pers yang diterima, Selasa (9/10/2018).
Berdasarkan itu, dihadapan ratusan mahasiswa yang hadir, dia menghimbau agar mahasiswa menjadi garda terdepan untuk membantu meluruskan informasi-informasi yang salah di masyarakat.
“Mahasiswa harus bisa memberikan contoh pada masyarakat agar selalu skeptis terhadap inforomasi. Begitu mendapat informasi, kita harus kroscek ke semua pihak,” ujarnya.
Sementara itu pada kesematan yang sama, Rektor Universitas Widyatama Bandung, Islahuzzaman mengatakan selaku civitas akademika dirinya berharap pemilu 2019 melahirkan pemimpin yang amanah, bertanggung jawab dan mampu mensejahterahkan rakyat.
Ia menghimbau agar mahasiswa untuk tidak salah memilih dalam Pemilu serentak tahun depan.
“Kita tidak boleh salah memilih. Salah memilih berarti akan menentukan nasib masa depan bangsa kita. Untuk itu jadilah pemilih yang cerdas dalam pemilu,” ujarnya Ishaluzzaman.
Ia melanjutkan, sebagai ilmuwan, mahasiswa harus bertindak cerdas dalam menghadapi Pemilu. Sikap cerdas dimulai dengan menyaring informasi-informasi yang diterima, agar tidak masuk ke dalam perangkap hoax atau berita bohong.
“Masa depan 5 tahun ke depan ada di Pemilu 2019.Ketika memilih, carilah info sebanyak-banyaknya (tentang calon) sehingga kita terhindar dari kesesatan termasuk hoax,” ujarnya.
“Pelajari visi-misi calon, pelajari programnya untuk 5 tahun yang akan datang. Peran pemuda adalah proaktif dalam ikut pemilu. Cek kinerja calon presiden maupun legislatif. Cari informasi sebanyak-banyaknya. Mahasiswa sebagai ilmuwan wajib hukumnya dalam bertindak didahului dengan analisis,” pungkas Islahuzzaman.