Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Suara Korban di Sirenja, Donggala : Kami Butuh Bantuan Tenda dan Selimut

Jalan rusak ditemui di beberapa titik menuju Sirenja meski kondisinya tidak separah bila dibandingkan perjalanan menuju ‎Kabupaten Sigi‎.

Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in Suara Korban di Sirenja, Donggala : Kami Butuh Bantuan Tenda dan Selimut
Tribun Jakarta/Elga Putra
Anak-anak di Kelurahan Lompio terlihat ceria saat mengikuti trauma healing oleh relawan ACT. 

‎Sedangkan anak-anak tampak bermain di area kebun kelapa ditemani relawan ACT yang melakukan trauma healing kepada mereka.

Tawa riang terlihat dari wajah anak-anak ini. Mereka sepertinya mulai bisa melupakan tragedi bencana yang dialaminya dua pekan lalu.

Beberapa sapi khas Donggala tampak berlalu lalang di depan tempat pengungsian ini menjadi pemandangan yang banyak dijumpai. Sapi itu adalah hewan ternak mlik para warga.

Baca: Novel Bamukmin Singgung Pilpres dan Masuk Surga, Sikap UAS Tegas

Di balik semua kekompakan dan aktivitas kehidupan yang sudah mulai bangkit, korban di tempat ini masih membutuhkan bantuan.

Utamanya, adalah tenda dan selimut untuk mereka tidur. Sebab, saat ini hujan sudah mulai turun di wilayah itu.

Mereka khawatir akan kondisi kesehatannya karena sudah lebih dari dua pekan tinggal di posko pengungsian dengan kondisi seadanya.

‎"Yang kita minta itu tenda pak karena saat ini satu tenda dipakai untuk enam keluarga. Kita semua tidur tumpuk-tumpukan dan tendanya juga banyak yang bocor," ujar Aisah, korban yang tinggal di pengungsian, Minggu (14/10/2018).

Berita Rekomendasi

‎"Selain tenda kami juga butuh selimut karena ini sudah mau masuk musim hujan. Anak-anak disini juga sudah banyak yang sakit buang-buang air dan flu," ujar warga lainnya menimpali.

Kepala Desa Lompio, Zulfikar membenarkan bahwa warganya membutuhkan tenda untuk mereka tinggal sementara di pengungsian.

Sebab, selain mulai memasuki musim hujan, kondisi air di pantai kawasan Lompio juga kerap pasang.

"‎Karena dengan posisi air yang naik itu semua dusun yang ada dibawah itu bisa terendam. Sehingga memungkinkan mereka tetap berada di pengungsian dalam waktu lama," kata Zulfikar.

Untuk aliran listrik di wilayahnya, Zulfikar juga belum bisa memastikan kapan akan kembali normal.

"Kalau saya dengar informasi listrik masih sulit untuk kembali normal. Saat ini kita pakai lilin saja untuk penerangan di malam hari," ujarnya.

Sumber: TribunJakarta
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas