Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Gempa Donggala Ingatkan Kakek Ini pada Kejadian 50 Tahun Silam

Bencana ‎gempa yang mengguncang Donggala, Sulawesi Tengah, mengembalikan ingatan Penga (62) pada peristiwa yang ia alami 50 tahun lalu.

Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in Gempa Donggala Ingatkan Kakek Ini pada Kejadian 50 Tahun Silam
Tribunjakarta/Elga Hikari
Penga, korban gempa di Donggala sedang memberi makan sapinya di dekat pengungsian di Desa Lompio, Sirenja, Donggala. 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Elga Hikari Putra

TRIBUNNEWS.COM, DONGGALA - Bencana ‎gempa yang mengguncang Donggala, Sulawesi Tengah, mengembalikan ingatan Penga (62) pada peristiwa yang ia alami 50 tahun lalu.

Kala itu, di tahun 1968, tanah kelahiran Penga di Desa Lompio, Kecmatan Sirenja, Kabupaten D‎onggala juga luluh lantak diguncang bencana gempa.

Baca: Kembali Berjualan Pasca Bencana, Pedagang Oleh-oleh di Palu Dapat Omzet Rp 20 Juta Perhari

Baca: Komentar Bupati Bekasi kepada Wartawan Sebelum Ditangkap KPK Terkait Suap Meikarta

Ia masih ingat kala itu gempa terjadi di pagi hari saat dirinya masih tertidur pulas. Saat itu, Penga masih duduk di sekolah dasar.

"Sebelum ini memang ada gempa besar tahun 1968. Waktu itu kejadiannya subuh. Saya waktu itu masih duduk di‎ kelas enam SD," kata Penga mencoba memutar kembali ingatannya tentang kejadian tahun 1968 saat ditemui di Tenda Pengungsian Sirenja, Minggu (15/10/2018).

‎Penga yang panik karena 'dibangunkan' gempa itu pun langsung berlari menuju keluar rumah.

Baca: Kabarnya Putra Jokowi Sempat Menilik Rumah yang Dijual Laudya Cynthia Bella di Jakarta Selatan

Saat itu, ia melihat warga sudah berkumpul sambil menyelamatkan anggota keluarga mereka. Doa dan dzikir terus dipanjatkannya agar selamat dari bencana itu.

Berita Rekomendasi

Beberapa warga dari Desa Balaesang ‎juga sudah mengungsi ke desa Penga untuk menyelamatkan diri.

"Waktu itu saya keluar rumah rupanya warga Desa Balaesang itu sudah pada mengungsi kesini dia karena desa itu sudah hancur terkena gempa," kata Penga.

Baca: TERPOPULER: Obrolan Shakira Buat Emilia Contessa Terkejut: Ia Sebut Dirinya Engga Ada di Sini

Menurut Penga, gempa yang terjadi pada 28 September 2018 ini lebih besar dibanding yang dialaminya pada 1968.

"Lebih besar yang sekarang ini, korbannya juga lebih banyak dan wilayah yang kena itu juga lebih besar sampai ke Palu, Donggala dan Sigi," kata Penga.

‎Saat gempa yang terjadi pada akhir September lalu, Penga sedang berada di rumahnya di Desa Lompia sambil menunggu waktu adzan Maghrib tiba.

Penga baru saja pulang dari kandang sapi yang ia ternak di kebun dekat rumahnya untuk mengecek kondisi hewan ternaknya itu.

Sebab, sejak Jumat siang beberapa gempa berskala sedang memang sudah mengguncang wilayah Donggala.

Kendati begitu, Penga sama sekali tak menyangka bahwa gempa besar bermagnitudo 7,4 itu bakal mengguncang Donggala tepat menjelang Maghrib.

"Dari siang itu memang sudah ada gempa sekitar jam 3, kemudian jam 6 rupanya ada gempa lagi. Baru saja saya mau ambil songkok untuk ke masjid ‎lalu terjadi gempa," kata Penga.

Penga yang panik kemudian langsung lari keluar rumahnya. Istri dan anak cucunya pun melakukan hal serupa.

Tak ada harta benda yang sempat mereka bawa. Hanya pakaian yang menempel di badan saja.

Setelah gempa selesai, tak lama kemudian rumah mereka yang selama ini ditinggalinya pun rubuh. Penga dan sekeluarga pun harus mengungsi di posko pengungsian.

Sudah dua pekan lebih, ia dan keluarganya tinggal beratap tenda dan beralas tikar. Berbaur dengan warga lainnya yang sama-sama menjadi korban bencana.

Beruntung, sapi miliknya selamat dari bencana itu sehingga masih ada sedikit harta ‎yang ia miliki.

"Ya tinggal sapi tiga ekor ini yang saya miliki sekarang. Dua ekor yang lain sudah saya jual setelah gempa karena untuk keperluan hidup disini," ucapnya.

Sumber: TribunJakarta
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas