Indonesia Creative Cities Festival 2018, Stakeholder Kota Diharapkan Mampu Membangun Kota Kreatif
Tahun ini ICCN menyelenggarakan acara dalam bentuk berbeda lewat nama ICCF (Indonesia Creative Cities Festival).
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indonesia Creative Cities Network (ICCN) atau disebut Jejaring Kabupaten-Kota Kreatif Indonesia dideklarasikan sejak penyelenggaraan Indonesia Creative Cities Conference (ICCC) pertama 2015 di Solo.
ICCN telah tumbuh sebagai dasar pengembangan kota kreatif di Indonesia dengan kerja sama antar stake holder dari pihak pemerintah, akademisi, pelaku bisnis, komunitas kreatif dan dengan lembaga-lembaga terkait seperti BEKRAF, Kemenko Perekonomian dan Kementerian Pariwisata untuk menstimulan lahir dan tumbuhnya kota kreatif lainnya di Indonesia.
Pada ICCC ketiga tahun 2017 di Makassar, bekerjasama dengan festival waterfront terbesar di dunia, Makassar International Eight Festival and Forum (F8 Makassar 2017), dalam penyelenggaraan tahun lalu selama 4 hari ini diikuti oleh 600 peserta konferensi.
Mereka terdiri dari 4 aktor kota kreatif yang biasa disebut quadrohelix yaitu 100 Pemerintah Daerah (Wali kota, Bupati, BAPPEDA, Dinas Pariwisata, dan SKPD terkait kota kreatif), 150 Akademisi (Mahasiswa & Pengajar), 200 Pelaku Usaha (Asosiasi Profesi & Pelaku Bisnis) dan 150 Komunitas (Forum Kota Kreatif, Penggiat & Komunitas Kota).
Pada gelaran konferensi di tahun keempat ini ICCN menyelenggarakan acara dalam bentuk berbeda lewat nama ICCF (Indonesia Creative Cities Festival).
Acara ini diharapkan bisa lebih membuka sekat antar stakeholder kota untuk lebih mampu bersinergi membangun kota kreatif.
ICCN, BEKRAF dan Pemerintah Kabupaten Sleman bekerjasama menghadirkan ICCF 2018 pada 15-20 Oktober 2018 dengan tema Holopis Kutha Baris lewat acara Conference, Cities Gallery, On Ground Workshop.
Tema yang diangkat tahun ini adalah Holopis Kutha Baris.
Tema ini terinspirasi dari “Holopis Kuntul Baris“ sebuah ungkapan yang pernah dilontarkan Bung Karno untuk menyemangati bangsa Indonesia agar bergotong royong dimana masalah seberat apapun pasti bisa terselesaikan kalau dikerjakan dengan bersinergi bersama.
Konon kalimat “holopis kuntul baris” ini berasal dari bahasa Belanda, dimana waktu itu pada abad ke 16 atau 17 ada kapal milik VOC berlabuh di Tuban dan pada saat bongkar muatan, salah satu awak kapalnya berteriak “Hulp, iets ontilbaars!" (Tolong, ada barang yang tidak terangkat!).
"Maka datanglah awak kapal lain untuk membantu mengangkat barang yang terlupa tadi," demikian diungkapkan Liliek Setiawan, Deputi Infrastruktur dan Akses Permodalan ICCN.
"Mungkin karena orang Jawa yang mendengar kalimat itu dan menirukan kalimat tersebut tapi terselip lidahnya sehingga menjadi "Holopis kuntul baris". Kebetulan kalau kita melihat kawanan burung kuntul sewaktu terbang membentuk formasi sebetulnya mereka sedang bekerjasama berbagi beban aerodinamika sehingga terasa lebih ringan. Ketika pemimpin paling depan sudah letih menahan aerodinamika paling besar, maka ia akan bergeser dan digantikan anggota lainnya. Sehingga semua ikut berperan dan menentukan tercapainya tujuan burung kuntul tersebut," sambung Liliek.
Di ICCF 2018 dengan tema Holopis Kutha Baris, harapannya kota-kota berjejaring dan bersinergi untuk mewujudkan hal besar bersama yaitu Indonesia yang kaya, sebuah Indonesia Raya, sebuah ajakan bagi seluruh pemerintahan, akademisi, pelaku usaha dan komunitas kreatif untuk lebih aktif bersinergi, berkarya bersama dan bekerjasama untuk menggerakkan kabupaten-kota kreatif di Indonesia.
Baca: Iswandi Pasrah saat Lumpur Menyedot Rumahnya: Kalau Allah Mau Cabut Nyawa, Saya Ikhlas
Sehingga bisa berkembang dengan pesat yang kedepan akan menemukan berbagai hal yang sangat menggembirakan karena memberikan dampak dan manfaat pada masyarakat kotanya, tercapainya impian kabupaten-kota kreatif dan menstimulan lahir dan tumbuhnya komunitas-komunitas kota kreatif lainnya di Indonesia lewat fase penguatan antar kelembagaan yang lebih lengkap dan menyeluruh.