Politikus Sontoloyo, Moeldoko: 'Moso' Presiden Tidak Boleh Bercanda
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menerangkan, apa yang disampaikan Jokowi merupakan guyonan.
Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo mengatakan banyak 'politikus sontoloyo' di Indonesia. Ia pun meminta masyarakat hati-hati terhadap mereka yang masuk kategori ini.
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menerangkan, apa yang disampaikan Jokowi merupakan guyonan. Menurutnya, dalam berpolitik tidak melulu harus menimbulkan ketegangan antar satu sama lain.
"Ya, itu kan' moso presiden tidak boleh bercanda sih. Bercanda. Dalam politik itu jangan terlalu tegang, ada yang di-joke begitu. Ya namanya jengkel kan' bisa juga di-joke-kan'," ujar Moeldoko di Kantor Sekretariat Negara, Jakarta Pusat, Kamis (25/10/2018).
Moeldoko yang merupakan Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional Koalisi pasangan calon presiden Joko Widodo dan Kiai Ma'ruf Amin ini berujar, apa yang disampaikan Jokowi soal 'politikus sontoloyo' merupakan imbauan kepada jajaran tim kampanye untuk berpolitik yang santun.
"Ya mengingatkan kita semua berpolitik yg santun. Itu saja sih. Pak Jokowi juga punya pasukan, pasukannya diingatkan. Jadi semua termasuk diingatkan agar berpolitik yang santun," ucap Jokowi.
Baca: TII Nilai KPK Perlu Keluarkan Panduan Program Antikorupsi
Menurut Moeldoko, Jokowi tidak menyasar nama politikus tertentu saat menyinggung 'politikus sontoloyo'. "Yang merasa tersinggung berarti melakukan. Itu saja," ucapnya. Moeldoko mengakui, ada gaya komunikasi yang diubah bekalangan ini.
"Ada perubahan-perubahan. Dalam komunikasi kan' dinamis. Sesuai permintaan pasar kan' gitu," ucap Moeldoko.
Jokowi sempat mengeluarkan pernyataan tentang politikus sontoloyo. Pernyataan ini disampaikan saat Jokowi menghadiri pembagian sertifikat tanah di Kebayoran Lama, Jakarta, Selasa (23/10/2018).
Awalnya, Jokowi bicara terkait program dana kelurahan yang mendapat banyak kritik dari sejumlah politisi kubu oposisi. "Hati-hati, banyak politikus yang baik-baik, tapi juga banyak politikus yang sontoloyo," kata Jokowi.
Penyebutan sontoloyo itu ditujukan bagi politisi yang menggunakan cara-cara tidak sehat, seperti politik adu domba, politik pecah belah, dan politik dan kebencian.
"Kalau masih pakai cara-cara lama seperti itu, masih memakai politik kebencian, politik SARA, politik adu domba, politik pecah belah, itu namanya politik sontoloyo," kata Jokowi.
Jokowi mengatakan, selama ini ia menahan diri untuk tak mengeluarkan pernyataan seperti itu. Akan tetapi, menurut dia, telah berlangsung cara-cara politik kotor hanya demi meraih kekuasaan baik di tingkat kota, kabupaten, provinsi, bahkan perebutan kursi presiden.
"Saya itu enggak pernah pakai kata-kata seperti itu karena saya itu sudah jengkel, keluarlah itu (sontoloyo)."
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.