Wiranto Bilang Stabilitas Politik Empat Tahun Masa Jokowi-JK Panas Dingin
Dia mengatakan stabilitas politik Indonesia dalam empat tahun terakhir tak sampai mendidih kendati mengalami naik turun.
Penulis: Rizal Bomantama
Editor: Fajar Anjungroso
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rizal Bomantama
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan HAM, Wiranto menegaskan bahwa stabilitas politik di masa empat tahun kepemimpinan Joko Widodo-Jusuf Kalla mengalami panas dingin.
Namun ia mengatakan stabilitas politik Indonesia dalam empat tahun terakhir tak sampai mendidih kendati mengalami naik turun.
“Kalau soal tabilitas politik ini kondisinya naik turun, panas dingin, tapi tidak sampai mendidih, yang penting kan itu,” jelasnya dalam konferensi pers capaian empat tahun Jokowi-JK di Kementerian Sekretariat Negara, Jakarta Pusat, Kamis (25/10/2018).
Menurutnya hal itu bisa dilihat dalam indeks demokrasi Indonesia (IDI) yang ia paparkan dalam diskusi tersebut yang terdiri dari tiga aspek yaitu kebebasan sipil, hak-hak politik, dan lembaga demokrasi.
Baca: Soal Politikus Sontoloyo, Erick Thohir: Jokowi Tak Mau Rakyat Dibohongi
Pada tahun 2014 IDI berada di angka 73,04; kemudian turun di tahun 2015 dengan angka 72,82; kemudian turun lagi di tahun 2016 ddi angka 70,09; dan membaik di tahun 2017 dengan angka 72,11.
“Dari situ terlihat angkanya naik dan turun, tapi masih dalam kategori sedang,” jelasnya.
Wiranto juga menjelaskan bahwa panas dingin suhu politik Indonesia juga disebabkan oleh penggunaan simbol agama dalam politik yang terlihat di Pilkada Jakarta 2017.
Baca: Prabowo Lama Hidup di Luar Negeri, Sudjiwo Tedjo: Dia Cinta Banget Sama Negerinya Atau Benci Sekali?
Menurutnya hal tersebut menyebabkan Indeks Kerukunan Beragama di Indonesia mengalami penurunan.
“Jujur ini soal indeks kerukunan beragama kita turun sejak Pilkada Jakarta karena banyak kegiatan politik menggunakan simbol agama,” ujar Wiranto.
Dalam paparannya Wiranto menjelaskan bahwa pada tahun 2017 indeks kerukunan beragama di Indonesia beraa di angka 72,27.
Walaupun masih dalam kategori rukun, namun angka tersebut mengalami penurunan dari tahun 2016 yaitu 75,47 dan tahun 2015 dengan angka 75,36.
Data tersebut menurutnya merupakan data milik Kementerian Agama dengan tiga indikator yaitu toleransi, kesetaraan, dan kerjasama.
Wiranto menyebut indeks kerukunan beragama juga turun akibat dari menyebarnya berita hoaks di media sosial.
“Pengaruh perkembangan informasi bohong atau hoaks dan kebencian di media sosial juga turut mempengaruhi hal tersebut,” tegas Wiranto.