DPR RI Dukung Program Kementan Sejahterakan Petani
Selanjunya Daniel mengatakan bahwa reformasi agraria perlu dilakukan supaya buruh tani dan petani memiliki lahan sendiri.
Editor: Content Writer
Dalam rangka memantau dan memastikan program kemandirian pangan sesuai amanat nawacita mencakup pangan strategis padi, jagung, kedelai, daging, gula, bawang dan cabai, Komisi IV DPR RI didampingi Dirjen Hortikultura melakukan kunjungan kerja ke Provinsi Kepulauan Riau.
Kunjungan kerja Komisi IV DPR RI ke Provinsi Kepulauan Riau dipimpin wakil ketua Daniel Johan dengan anggota Sudin, Robert Joppy Kardinal, Agustina Wilujeng Pramestuti, Oo Sutisna, AA Bagus Adhi Mahendra Putra, HM Salim Fakhry mengunjungi kawasan cabai di Kelompok Tani Maju Mandiri Kelurahan Setokok, Kecamatan Bulang, Kota Batam.
Kunjungan ini merupakan bentuk kepedulian wakil rakyat untuk meninjau progres pengembangan komoditas 'pedas' ini. Dalam kesempatan ini Komisi IV DPR RI juga membagikan bantuan benih cabai kepada kelompoktani setempat.
"Cabai ini komoditas strategis. Agar produksi cabai di Batam meningkat dan petani sejahtera, maka tidak hanya budidayanya, tapi cabai perlu ditingkatkan menjadi cabai olahan, dikemas saset atau botol," pinta Daniel Johan.
Selanjunya Daniel mengatakan bahwa reformasi agraria perlu dilakukan supaya buruh tani dan petani memiliki lahan sendiri.
"Reformasi agraria khususnya di Kepri perlu dilakukan supaya buruh tani dan petani memiliki lahan sendiri. Para petani agar mengembangkan industri pengolahan sehingga ada nilai tambahnya," tambahnya.
Sementara itu Sudin meminta agar Dinas Pertanian lebih aktif di lapangan. Penyuluh pertanian juga aktif membina petani agar petani berproduksi dan sukses.
"Saya mendukung pemerintah yang sudah berupaya mengembangkan hortikultura. Saya juga apresiasi kepada Mentan dan jajarannya, karena sejak 2016, Indonesia sudah tidak impor cabai segar bahkan kini ekspornya semakin meningkat" ujarnya.
Kelompok tani Maju Mandiri yang diketuai oleh Thomas adalah salah satu dari tujuh kelompok tani penerima bantuan pengembangan kawasan cabai seluas 25 hektare dari Kementerian Pertanian melalui APBN Direktorat Jenderal Hortikultura 2018.
Kelompok tani ini juga mendapat binaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kementerian Pertanian dalam bentuk demplot. Selain itu, petani juga mendapat bimbingan Sekolah Lapang Budidaya Cabai dalam mendukung pengembangan kawasan dan peningkatan produksi.
Pada sesi tanya jawab, petani di Desa Sitokok mengharapkan bantuan alat dan sarana angkut. Petani mengeluhkan keterbatasan sarana pertanian.
"Kami mengharapkan dukungan pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah memberikan bantuan alat pertanian dan kendaraan angkut untuk pengembangan pertanaman cabai kami,"ujar Thomas, ketua Gapoktan Maju Mandiri.
Kunjungan dilanjutkan ke lokasi perubahan fungsi kawasan hutan dalam RTRW di Batuaji Barelang lalu ke Balai Budidaya Laut, dan diakhiri ke gudang Bulog Batu Merah.
Dirjen Hortikultura Suwandi menyampaikan bahwa pengembangan cabai di wilayah Kepri termasuk Batam ini dimaksudkan agar kebutuhan konsumsi sayuran khususnya cabai dapat dipenuhi dari petani sekitar.
"Tahun ini pengembangan cabai seluas 25 hektar dan tahun depan ditambah lagi 15 hektar. Ini agar dipupuk dan dirawat sehingga produktivitas tinggi," ujarnya.
Harapannya, kawasan cabai di Kota Batam semakin luas, produksinya meningkat dan bisa menjadi buffer zone untuk Kepulauan Riau. Target ke depan adalah mampu mengisi pasar ekspor ke luar negeri mengingat lokasinya yang sangat strategis berbatasan langsung dengan negara Singapura.
"Pengembangan cabai akan terus ditingkatkan untuk pemenuhan kebutuhan Kepri. Prospek ke depannya setelah tercukupi adalah membidik pasar ekspor cabai", tutup Kepala Dinas Pertanian Provinsi Kepulauan Riau, Muhammad Izhar.
Produksi cabai di Provinsi Kepulauan Riau 2017 sebesar 3.005 ton, masing-masing produksi cabai besar 1.944 ton dan cabai rawit 1.061 ton. Harga cabai merah keriting di tingkat petani saat ini berkisar Rp 27.000 – 35.000 per kg.
Sedangkan produksi cabai nasional tahun 2017 sebesar 2,36 juta ton, terdiri dari cabai besar 1,20 juta ton dan cabai rawit 1,16 juta ton. Kebutuhan konsumsi nasional 2018 cabai besar 1,14 juta ton dan cabai rawit 0,86 juta ton (Susenas 2017).
Perkiraan Produksi 2018 naik lebih tinggi dan surplus meningkat. Terhitung sejak 2016 Indonesia sudah lagi tidak impor cabai segar. Sepanjang tahun 2017 - 2018 harga cabai stabil bahkan saat Hari Raya Idul Fitri, Idul Adha, Natal dan tahun baru.(*)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.