Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Fakta-fakta Kematian Pemandu Pendakian, Andika Pratama, di Puncak Carstenz

Fakta-fakta kematian pemandu pendakian, Andika Pratama di Puncak Carstenz. Andika meninggal karena tertimpa batu saat mendaki puncak.

Editor: Daryono
zoom-in Fakta-fakta Kematian Pemandu Pendakian, Andika Pratama, di Puncak Carstenz
KOMPAS.com/Istimewa
Jenazah Andika Pratama yang berhasil dievakuasi di Lanud Yohanis Kapiyau saat akan dibawa ke RSUD Mimika, Minggu (4/11/2018) 

TRIBUNNEWS.COM - Kematian seorang pemandu pendakian bernama Andika Pratama di Puncak Carstenz terus diselidiki pihak kepolisian.

Sejumlah keterangan dari rekan korban terus digali oleh polisi.

Dugaan penyebab kematian Andika karena tertimpa batu saat mendaki puncak.

Polisi menjelaskan, lokasi tempat Andika tertimpa batu memang dikenal rawan longsoran.

Baca: Andika Pratama Dikenal Menyukai Kegiatan Alam Terbuka

Berikut fakta lengkap di balik kematian Andika Pratama di Puncak Carstensz.

1. Kronologi kecelakaan yang menimpa Andika

Puncak Carstensz Pegunungan Jayawijaya yang selalu bersalju
Puncak Carstensz Pegunungan Jayawijaya yang selalu bersalju (KOMPAS/MUHAMMAD SUDARTO)

Menurut Kabid Humas Polda Papua Kombes Pol Ahmad Mustofa Kamal, Andika merupakan pemandu pendakian ke Puncak Carstenz.

BERITA REKOMENDASI

Berdasarkan keterangan rekan korban, Yosua Noya, insiden ini terjadi pada Sabtu (3/11/2018) antara pukul 10.30 WIT hingga 11.30 WIT, di titik pertama pemasangan tali.

Kecelakaan terjadi saat latihan atau aklimatisasi.

Saat kejadian, posisi korban sedang turun, dan Yosua sedang dalam perjalanan naik.

Yosua langsung mendatangi lokasi kejadian saat mendengar teriakan minta tolong dari Arlend yang merupakan satu tim dengan korban.

Yosua, Arlend, dan pendaki asing bernama Scoot Haluk kemudian membawa korban yang sudah tidak sadarkan diri ke lembah kuning atau Base Camp Yellow Valley.


"Dalam setiap pendakian biasanya para pendaki melakukan aklimatisasi, dan memang lokasi tersebut dikenal sebagai daerah rawan runtuhan/longsoran," kata Kamal, Minggu (4/11/2018).

2. Longsoran batu menimpa wajah korban

Tim Bravo Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia dari Wanadri bersiap menyusuri jalur es puncak Nggapulu atau puncak Soekarno di ketinggian sekitar 4.700 meter di atas permukaan laut (mdpl), kawasan Pegunungan Jayawijaya, Papua, Senin (19/4/2010). Pendakian ke daerah puncak Nggapulu ini sebagai ajang pengenalan medan dan aklimatisasi bagi tim sebelum menuju puncak Carstensz Pyramid atau Ndugu-Ndugu yang berada di ketinggian 4.884 mdpl.
Tim Bravo Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia dari Wanadri bersiap menyusuri jalur es puncak Nggapulu atau puncak Soekarno di ketinggian sekitar 4.700 meter di atas permukaan laut (mdpl), kawasan Pegunungan Jayawijaya, Papua, Senin (19/4/2010). Pendakian ke daerah puncak Nggapulu ini sebagai ajang pengenalan medan dan aklimatisasi bagi tim sebelum menuju puncak Carstensz Pyramid atau Ndugu-Ndugu yang berada di ketinggian 4.884 mdpl. (KOMPAS/HARRY SUSILO)

Dari keterangan Arlend, polisi menjelaskan, korban tertimpa batu di mukanya saat sedang aklimatisasi.

"Pada saat Yosua bertanya kepada Arlen tentang kejadian tersebut, Arlen menyatakan bahwa dia dan korban pada saat itu sedang aklimatisasi."

"Namun tiba-tiba ada batu yang jatuh dari atas dan langsung mengenai muka korban," kata Kamal.

Baca: Kronologis Meninggalnya Andika Pratama Pemandu Pendakian di Puncak Carstensz, Diduga Kejatuhan Batu

Setelah kejadian ini, Arlend menghubungi Sofyan Arie Fiesa selaku penanggung jawab tim yang standby di Kota Timika.

Sementara itu, jenazah korban telah dievakuasi Minggu pagi menggunakan helikopter Komala Air.

"Setelah berada di base camp lembah kuning. Kejadian tersebut langsung diinformasikan kepada penanggung jawab grup yaitu Sofyan yang berada di Timika. Namun karena kendala cuaca maka korban baru dievakuasi hari ini ke Timika," kata Kamal.

Gunung Jaya Wijaya atau Gunung Carstensz di Papua, Indonesia.
Gunung Jaya Wijaya atau Gunung Carstensz di Papua, Indonesia. (Google Satelit)

Kapolres Mimika AKBP Fernando Sanches Napitupulu, mengatakan kepada Kompas.com, Sabtu (3/11/2018) malam, upaya evakuasi korban dengan helikopter milik Komala Air teganggu cuaca buruk.

"Belum bisa dievakuasi karena cuaca buruk," ujar Shances.

Akhirnya, pada hari Minggu pagi (4/11/2018), korban berhasil dievakuasi dan segera ke basecamp.

Andika diketahui bekerja di CV Cesta Adventure dan sedang memandu pendakian ke Puncak Carstensz.

4. Jenazah dibawa ke Bandung

Kamp terakhir tim Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia di Lembah Danau-Danau Pegunungan Jayawijaya, Papua, Rabu (21/4/2010). Kawasan di ketinggian 4.250 meter di atas permukaan laut (mdpl) ini merupakan tempat menginap terakhir sebelum puncak Carstensz Pyramid atau Ndugu-Ndugu (4.884 mdpl). Tim inti ekspedisi Tujuh Puncak Dunia berhasil mencapai puncak Ndugu-Ndugu pada Minggu (18/4/2010).
Kamp terakhir tim Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia di Lembah Danau-Danau Pegunungan Jayawijaya, Papua, Rabu (21/4/2010). Kawasan di ketinggian 4.250 meter di atas permukaan laut (mdpl) ini merupakan tempat menginap terakhir sebelum puncak Carstensz Pyramid atau Ndugu-Ndugu (4.884 mdpl). Tim inti ekspedisi Tujuh Puncak Dunia berhasil mencapai puncak Ndugu-Ndugu pada Minggu (18/4/2010). (KOMPAS/HARRY SUSILO)

Jenazah Andika Pratama, seorang pemandu pendaki yang meninggal dunia di Puncak Carstensz, Mimika, Papua, diterbangkan ke kampung halamannya di Bandung Jawa Barat, Minggu (4/11/2018).

Almarhum diterbangkan menggunakan maskapai Garuda Indonesia dari Bandara Mozes Kilangin Timika, dengan tujuan Jakarta, pukul 14.40 WIT.

Sebelum diterbangkan, almarhum dishalatkan di Masjid Agung Babussalam, Jalan KH. Dewantara, Kota Timika.

Menurut Sofyan Arie Fiesa, salah satu rekan almarhum, rencananya jenazah Andika akan tiba di Jakarta sekitar pukul 19.00 dan akan dilanjutkan melalui jalan darat menuju rumah duka di Bandung.

"Selanjutnya proses pemakaman," kata Sofyan kepada wartawan.

5. Almarhum meninggal saat memandu pendaki asing

Tim Bravo Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia dari Wanadri menyusuri jalur es puncak Nggapulu atau puncak Soekarno di ketinggian sekitar 4.700 meter di atas permukaan laut (mdpl), kawasan Pegunungan Jayawijaya, Papua, Senin (19/4/2010). Pendakian ke daerah puncak Nggapulu ini sebagai ajang pengenalan medan dan aklimatisasi bagi tim sebelum menuju puncak Carstensz Pyramid atau Ndugu-Ndugu yang berada di ketinggian 4.884 mdpl pada Sabtu (24/4/2010), menyusul keberhasilan tim Alpha yang sudah lebih dulu mencapainya pada Minggu (18/4/2010).
Tim Bravo Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia dari Wanadri menyusuri jalur es puncak Nggapulu atau puncak Soekarno di ketinggian sekitar 4.700 meter di atas permukaan laut (mdpl), kawasan Pegunungan Jayawijaya, Papua, Senin (19/4/2010). Pendakian ke daerah puncak Nggapulu ini sebagai ajang pengenalan medan dan aklimatisasi bagi tim sebelum menuju puncak Carstensz Pyramid atau Ndugu-Ndugu yang berada di ketinggian 4.884 mdpl pada Sabtu (24/4/2010), menyusul keberhasilan tim Alpha yang sudah lebih dulu mencapainya pada Minggu (18/4/2010). (KOMPAS/HARRY SUSILO)

Almarhum merupakan kelahiran Palembang, 2 Juni 1983, dan tercatat sebagai warga Jalan Padang Golf, Nomor 18 RT/RW 04/01, Desa Sukamiskin, Kecamatan Arcamanik, Kota Bandung, Jawa Barat.

Almarhum dikenal sebagai pemandu pendakian dan sudah sering melakukan pendakian di Puncak Carstensz.

Almarhum saat itu bersama tiga rekannya mendampingi enam pendaki asing asal Rusia dan Azerbaijan.

"Andika tertimpa batu saat latihan atau aklimatisasi sebelum melakukan pendakian ke Puncak Carstensz," pungkas Sofyan.(Kompas.com/Michael Hangga Wismabrata)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "5 Fakta Kematian Pemandu Puncak Carstensz, Tertimpa Longsor hingga Kendala Cuaca saat Evakuasi " 

Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas