Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kebahagiaan Tak Tergantikan Bagi Relawan Eda Jika Berhasil Menyelamatkan Nyawa Korban

Kebahagiaan yang tidak dapat digantikan, adalah ketika Edda berhasil menyelamatkan nyawa seseorang yang menjadi korban bencana.

Penulis: Amriyono Prakoso
Editor: Dewi Agustina
zoom-in Kebahagiaan Tak Tergantikan Bagi Relawan Eda Jika Berhasil Menyelamatkan Nyawa Korban
Youtube channel Kompas tv
Kepala Basarnas, Marsekal Madya M Syaugi menangis. 

TRIBUNNEWS.COM, KARAWANG - Eda (42) salah satu relawan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat, mengaku telah lama bergelut di bidang SAR.

Sejak 2006, dia sudah mulai ikut dalam operasi pencarian dan penyelamatan di berbagai daerah.

Baru saja kembali dari Palu, pria berkumis itu langsung turun untuk ikut dalam operasi pencarian jatuhnya pesawat Lion Air PK-LQP yang jatuh pada Senin (29/10/2018) lalu.

Kepada Tribun, ia mengaku senang apabila dapat membantu sesama.

Kebahagiaan yang tidak dapat digantikan, adalah ketika ia berhasil menyelamatkan nyawa seseorang yang menjadi korban bencana.

"Disitu, saya merasa bahagia apabila masih ada nyawa yang bisa tertolong karena keberadaan kami. Tidak tergambarkan karena itu juga kepuasan batin kita," jelasnya saat berada di Posko Pantai Pakis Karawang, Senin (5/11/2018).

Panggilan hatinya untuk membantu orang lain, sudah ada sejak ia mulai berlatih Pramuka di sekolah dan terus berlanjut ketika masa kuliah.

Berita Rekomendasi

Berbagai kejadian bencana sudah dilaluinya sebelum diangkat menjadi anggota BPBD sejak 2012 lalu. Bahkan, ia juga bertemu istrinya dari lapangan.

Baca: KRI Banjarmasin dan KRI Banda Aceh Angkut Keluarga Korban Lion Air PK-LQP Ikuti Doa dan Tabur Bunga

"Istri saya relawan juga. Dia perawat ketemunya di bencana," ujarnya.

Selama pencarian korban dan puing pesawat Lion Air selama enam hari, hampir tidak ditemui kendala.

KRI Banjarmasin 592 dan KRI Banda Aceh 593 tersebut bersandar di Dermaga Kolinlamil, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa (6/11/2018) bersiap mengangkut keluarga korban Lion Air PK-LQP nomor penerbangan JT 610 ke lokasi jatuhnya pesawat di perairan Tanjung Karawang. TRIBUNNEWS.COM/CHAERUL UMAM
KRI Banjarmasin 592 dan KRI Banda Aceh 593 tersebut bersandar di Dermaga Kolinlamil, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa (6/11/2018) bersiap mengangkut keluarga korban Lion Air PK-LQP nomor penerbangan JT 610 ke lokasi jatuhnya pesawat di perairan Tanjung Karawang. TRIBUNNEWS.COM/CHAERUL UMAM (Tribunnews.com/Chaerul Umam)

Bertugas untuk melakukan pencarian di permukaan laut, dia mengaku hanya angin dan ombak laut yang tidak menentu sebagai satu kendala.

"Kadang ombaknya tinggi, kadang tenang. Anginnya juga begitu, bisa berubah arah sewaktu-waktu. Itu saja sih paling kendalanya," kata pria dua anak tersebut.

Kepala Basarnas Menangis
Kepala Basarnas Marsekal Madya Muhammad Syaugi terlihat menangis di hadapan keluarga korban Pesawat Lion Air Pk-LQP.

Pantauan Tribun, Kepala Basarnas Syaugi yang tampak mengenakan pakaian dinasnya, menyampaikan hasil operasi pencarian pesawat Lion Air penerbangan JT610 selama 7 hari belakangan ini.

Penyampaian itu disampaikannya di Hotel Ibis Centeral, Cawang, Jakarta Timur, Senin (5/11/2018) pagi.

Syaugi menyampaikan hasil operasi pencarian pesawat Lion Air penerbangan Jt610 resgistrasi pesawat PK-LQP.

Di sela penjelasannya, Syaugi tak kuasa menahan tangisnya.

"Bapak ibu setiap hari saya melihat..," ucap Syaugi sambil terisak.

Sempat hentikan bicaranya, Syaugi kemudian melanjutkan. "Saya di lapangan di laut," ucap Syaugi sambil kembali terisak.

Baca: Kenangan Adik Dede Anggraini Korban Lion Air PK-LQP: Dia Telepon Kakak, Katanya Nanti Tolong Aku ya

Syaugi terlihat tak sanggup berkata lagi ketika itu. Syaugi juga sempat mendapat sebuah botol air mineral yang disodorkan oleh DVI Polri Brigjen Pol Arthur Tampi.

"Maaf," kata Syaugi.

Syaugi mengatakan bahwa pihaknya tak akan menyerah untuk melakukan pencarian pesawat dan korban Lion Air JT610.

Keluarga Penumpang Lion Air memasuki KRI Banda Aceh, Selasa (6/11/2018). TRIBUNNEWS.COM/YANUAR NURCHOLIS MAJID
Keluarga Penumpang Lion Air memasuki KRI Banda Aceh, Selasa (6/11/2018). TRIBUNNEWS.COM/YANUAR NURCHOLIS MAJID (Tribunnews.com/Yanuar Nurcholis Majid)

"Saya untuk melakukan pencarian ini, saya tidak menyerah dengan waktu ini kami tetap all out," jelas Syaugi.

Sontak, tepuk tangan riuh keluarga korban terdengar memberi semangat kepada Syaugi.

"Kalau masih ada 10 hari ini, kemungkinan saya akan terus untuk mencari saudara-saudara saya ini," lanjut Syaugi.

Syaugi juga meminta kepada keluarga korban Lion Air JT610 untuk terus mendoakan dalam pencarian korban.

"Kami mohon doanya kepada bapak ibu sekalian dalam melakukan tugas mulia ini, terima kasih pak," terang Syaugi.

Tangis Menyeruak di RS Polri
13 jenazah berhasil teridentifikasi oleh tim DVI Polri. Jenazah langsung diserahkan kepada keluarga yang sudah dihubungi sebelumnya untuk dimakamkan.

Suara tangis keluarga seketika menyeruak di depan Posko Postmortem yang berada di RS Polri Kramat Jati Jakarta.

Jenazah satu per satu dikeluarkan menggunakan peti kayu yang sudah ditempel nama korban.

Keluarga yang sudah menunggu di depan ruangan, tak kuasa menahan tangis. Beberapa di antaranya memegang peti jenazah sembari menangis membaca doa.

Termasuk anggota keluarga dari Eka Suganda (40) yang akan segera dibawa ke Cirebon Jawa Barat.

Satu anggota keluarganya menangis hingga tak kuasa berdiri.

KRI Banjarmasin 592 dan KRI Banda Aceh 593 tersebut bersandar di Dermaga Kolinlamil, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa (6/11/2018) bersiap mengangkut keluarga korban Lion Air PK-LQP nomor penerbangan JT 610 ke lokasi jatuhnya pesawat di perairan Tanjung Karawang. TRIBUNNEWS.COM/CHAERUL UMAM
KRI Banjarmasin 592 dan KRI Banda Aceh 593 tersebut bersandar di Dermaga Kolinlamil, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa (6/11/2018) bersiap mengangkut keluarga korban Lion Air PK-LQP nomor penerbangan JT 610 ke lokasi jatuhnya pesawat di perairan Tanjung Karawang. TRIBUNNEWS.COM/CHAERUL UMAM (Tribunnews.com/Chaerul Umam)

Wanita paruh baya yang menangisi kepergian Eka, harus dipapah dan terduduk dibantu anggota keluarga lainnya.

"Budenya Eka. Ini mau langsung dibawa ke Cirebon," ucap seorang pria yang ada di sebelahnya.

Kepala Lab DNA Mabes Polri, Kombes Pol Putut Cahyo Widodo menyebut pada hari kedelapan pasca kecelakaan Lion Air PK-LQP, dari sebanyak 137 kantong jenazah yang sudah diterima RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, ada 400 lebih bagian tubuh korban yang terdata.

"Pada prinsipnya setiap bagian tubuh mewakili individu. Kami mendapatkan bagian-bagian tubuh itu sebanyak 429," ujar Putut di RS Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur.

Seperti diketahui, pada hari ini pulalah, tim DVI berhasil kembali mengidentifikasi 13 korban Lion Air PK-LQP.

Jika ditotal, maka sudah 27 korban yang sudah teridentifikasi, setelah sebelumnya selama sepekan sebanyak 14 korban Lion Air PK-LQP teridentifikasi.

Putut menambahkan, hasil dari identifikasi tersebut berasal dari 24 kantong jenazah di hari pertama yang sebagian besar sudah dicocokkan.

"Sebanyak 24 kantong hari kedua itu hari ini sudah selesai, tetapi belum dicocokkan," kata Putut. (Amriyono/Tribunnews)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas