Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Puluhan Penyelam Tim Pencarian Korban Lion Air PK-LQP Jalani Terapi Hiperbarik di RS Polri

Terapi hiberbarik dilakukan sejak hari Minggu (4/11/2018) untuk 15 penyelam, lalu 5 penyelam di hari Senin (5/11/2018) dan 5 penyelam untuk hari ini.

Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Choirul Arifin
zoom-in Puluhan Penyelam Tim Pencarian Korban Lion Air PK-LQP Jalani Terapi Hiperbarik di RS Polri
TRIBUNNEWS/VINCENTIUS JYESTHA
Kepala Ruang Hiperbarik, Suster Intan Sitorus (kanan) di RS Polri Kramatjati, Jakarta Timur. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Vincentius Jyestha 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, menyediakan terapi hiberbarik bagi para penyelam yang membantu proses pencarian korban dan puing pesawat Lion Air PK-LQP, yang jatuh di perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat, Senin (29/10/2018).

Diketahui, terapi hiperbarik bagi dunia penyelaman dilakukan untuk mencegah gangguan penyakit dekompresi, penyakit yang disebabkan karena aktivitas menyelam.

Kepala Ruang Hiperbarik, Suster Intan Sitorus, mengatakan hingga Selasa (6/11/2018), sudah terdapat 25 orang penyelam yang menerima terapi ini.

Terapi hiberbarik sudah dilakukan sejak hari Minggu (4/11/2018) untuk 15 penyelam, lalu 5 penyelam di hari Senin (5/11/2018) dan 5 penyelam untuk hari ini.

"Minggu 15 (penyelam), Senin 5, dan sekarang 5 lagi, jadi total 25," ujar Intan, di ruang Hiperbarik, RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, Selasa (6/11/2018).

Baca: Keluarga Korban Sebut Manajemen Lion Air Tak Punya Empati, Rusdi Kirana Diminta Berdiri

Rinciannya, kata dia, 24 orang merupakan penyelam Polri sementara satu sisanya penyelam dari relawan. 

Berita Rekomendasi

Sebelumnya diberitakan, pakar bidang hiperbarik RS Polri AKBP Dokter Karjana SpKJ mengungkap terapi hiperbarik bagi para penyelam.

"Terkait terapi hiperbarik yang dilaksanakan Rumah Sakit Polri yaitu khususnya untuk mendukung kegiatan-kegiatan penyelaman dan kegiatan terkait dengan di laut," ujar AKBP Dokter Karjana SpKJ di RS Polri, Kramat Jati, Senin (5/11/2018).

Baca: Alasan Kuat Mengapa KNKT Meyakin Badan Pesawat Lion Air Hancur Saat Sentuh Air Laut, Bukan di Udara

"Tujuannya apa? untuk pencegahangangguan penyakit dekompresi. Penyakit dekompresi adalah penyakit diakibatkan dari kegiatan tadi, jadi itu ada SOP-nya supaya tidak terjadi penyakit dekompresi tadi," imbuhnya.

Karjana menegaskan terapi ini sangat penting dan harus dilakukan semua penyelam karena sudah menjadi Standar Operasional Prosedural (SOP).

Jika tidak, akan membahayakan penyelam dan bahkan bisa mengakibatkan kematian.

Baca: Data Lengkap Insiden Kecelakaan Lion Air dari Tahun ke Tahun

"Apabila tidak dilakukan secara bertahap atau dilanggar SOP itu jadi akan muncul penyakit dekompresi. Apabila terlalu cepat jadi nitrogren di dalam darah akan mengikat pada darah. Jadi akan terbentuk gas nitrogen. Setelah itu mengakibatkan terjadi penyumbatan pada pembuluh darah dan lebih fatal akan penyumbatan pada organ-organ dalam. Hal itu akan mengakibatkan mati mendadak," terangnya.

Terkait teknis proses terapi hiperbarik, Karjana mengatakan terapi ini bisa dilakukan sebelum atau sesudah penyelam melakukan penyelaman.

Namun sebelum memulai terapi, penyelam terlebih dahulu melalui serangkaian pemeriksaan medis apakah layak atau tidak mengikuti terapi hiperbarik.

"Kalau belum memenuhi syarat kita tunda. Misalnya kalau ada gangguan batu pilek, kita tunda sampai dua-tiga hari sembuh baru bisa dilakukan terapi oksigen hiperbarik," ujarnya.

"Untuk lama terapi hiperbarik itu dilakukan selama kurang lebih dua jam. Jadi seseorang klien akan dimasukkan ke dalam ruang udara oksigen yang bertekanan tinggi. Setelah itu nanti oleh petugas chamber akan diarahkan sesuai SOP yang berlaku," sambungnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas