SBY: Sejak Pilkada DKI Jakarta, Politik SARA Makin Mengemuka
Menurut SBY, politik menggunakan SARA serta ideologi dan paham, memang selalu menyertai perpolitik di seluruh dunia
Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) melihat politik Indonesia saat ini telah mengalami perubahan setelah berlangsungnya Pilkada DKI Jakarta pada 2017.
"Apa yang berubah, yang berubahnya adalah makin mengemukanya politik identitas atau politik SARA (suku, agama, ras, dan antar golongan), dan politik yang sangat dipengaruhi oleh ideologi serta paham," kata SBY dalam acara pembekalan caleg Partai Demokrat di Jakarta, Sabtu (10/11/2018).
Menurut SBY, politik menggunakan SARA serta ideologi dan paham, memang selalu menyertai perpolitik di seluruh dunia dan tidak mungkin dipisahkan, karena hal tersebut merupakan suatu yang natural.
"Namun kalau berada dalam tingkatan yang ekstrim, politik dan demokrasi kita tidak sehat, juga berbahaya. Apalagi Indonesia negara majemuk, yang penuh keramahan," papar SBY.
SBY menjelaskan, Indonesia mempunyai riwayat konflik yang disebabkan persoalan indentitas dan ideologi sejak era Presiden Bung Karno hingga hari ini.
"Saya mengikuti seksama, memang ada fenomena dan realitas baru, yang makin mengemukanya politik identitas dan politik yang berbasiskan ideologi dan paham," ucapnya.
Baca: Wapres Jusuf Kalla Pimpin Upacara Hari Pahlawan di TMP Kalibata
Oleh karena itu, kata SBY, seiring dengan persiapan menuju pemilu presiden dan pemilu legislatif pada 2018, Partai Demokrat mengajak serta menyerukan kepada semua pihak untuk bersama-sama mencegah politik identitas.
"Jangan sampai menjadi ekstrim, lihat apa yang terjadi dibanyak negara di dunia, bukan hanya di Timur Tengah, juga negara lain yang mengalami petaka, karena politik identitas yang disertai kebencian mendalam, benturan ideologi dan paham, marilah kita cegah hal itu terjadi di negeri tercinta ini," papar SBY.