Jokowi Ajak Para CEO Bersikap Optimistis dan Jeli Memanfaatkan Peluang
Jokowi mengajak para CEO untuk terus bersikap optimistis, mengambil peluang-peluang yang bisa dimanfaatkan.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menurut beberapa sumber, Indeks Daya Saing Global Indonesia terus membaik, naik ke peringkat 45 dari 140 negara pada tahun 2018, dari peringkat 47 di tahun 2017.
Mengenai kemudahan berusaha, peringkat Ease of Doing Business (EoDB) Indonesia terus melonjak. Menempati posisi 72 pada 2017 dari peringkat 106 di 2015.
Lonjakan ini menunjukkan ada perbaikan struktural yang berkesinambungan.
Pada pemerintahan Presiden Joko Widodo, Indonesia juga sudah berhasil mencapai peringkat Layak Investasi dari 3 badan pemeringkat dunia terkemuka, yaitu Standard & Poor, Moody dan Fitch, dimana menurut Standard & Poor di 2014 Indonesia masih memiliki rating Tidak Layak Investasi.
Berbicara pada pembukaan Kompas100 CEO Forum yang dihelat di Jakarta Convention Center (JCC), Selasa (27/11/2018), Presiden Joko Widodo mengajak para CEO untuk terus bersikap optimistis, mengambil peluang-peluang yang bisa dimanfaatkan, sejalan dengan meningkatnya daya saing Indonesia di mata dunia.
Jokowi mengungkapkan, salah satu peluang yang bisa dimanfaatkan tersebut adalah tingginya minat pelaku usaha global untuk memindahkan pabrik-pabriknya ke negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia.
Baca: Polisi Bekuk Admin Akun Grup Facebook Gay Pijat Balikpapan
"Nah, ini peluang. Ini yang bisa kita isi. Ini semua adalah potensi. Baik potensi untuk memperkuat industri kita maupun untuk meningkatkan ekspor kita. Inilah peluangnya. Tinggal kita bisa mengambil peluang ini atau tidak. Tinggal kita bisa mengambil kesempatan ini atau tidak," ungkap Jokowi.
Untuk itu, pemerintah akan mendukung kesempatan-kesempatan dalam pemanfaatan peluang-peluang yang ada.
Di tengah kisruh global dan regional saat ini, Presiden mendorong para pengusaha untuk tidak lengah dan fokus pada peluang yang ada di depan mata.
Tahun lalu di Kompas100 CEO Forum, Presiden sudah menyampaikan perubahan pola konsumsi dari offline ke online yang membuka peluang luar biasa di e-commerce.
Selain itu, sektor pariwisata juga sudah menjadi sebuah motor pertumbuhan ekonomi baru.
Menurutnya, pertumbuhan pariwisata dunia berada pada angka 7 persen, sangat tinggi jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi dunia yang hanya 3,5 persen.
"Artinya pertumbuhan pariwisata dua kali lipat dari pertumbuhan ekonomi dunia. Tren seperti ini harus kita lihat, kita mau ke mana. Itulah yang ingin kita hitung, ingin kita kalkulasi kenapa kita ingin membangun 10 Bali Baru. Ya karena ada peluang ini, pertumbuhan pariwisata 7 persen tadi," tuturnya.