Peran Perempuan Jaga Toleransi, 'Harus Jadi Agen Perubahan Sosial'
Para simpatisan dan relawan kedua pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden terus menggelar sejumlah kegiatan inspiratif.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Jelang Pemilihan Presiden (Pilpres) yang akan digelar April 2019 mendatang, para simpatisan dan relawan kedua pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden terus menggelar sejumlah kegiatan inspiratif.
Satu diantaranya dilakukan oleh simpatisan pasangan petahana Joko Widodo (Jokowi) dan Cawapresnya Ma'ruf Amin.
Para simpatisan perempuan yang menamakan diri sebagai 'Pertiwi' atau Perempuan Tangguh Pilih Jokowi itu mengadakan kegiatan ngopi cantik sekaligus dialog bertajuk 'Peran Perempuan dalam Menjaga Toleransi'.
Dalam agenda yang dihelat di Goodrich Gallery, Cipete, Jakarta Selatan, Rabu (19/12/2018) tersebut, Profesor Antropologi Budaya dari King Fahd University of Petroleum and Minerals, Sumanto Al Qurtuby menyampaikan pandangannya.
Ia menyambut baik kegiatan yang menurutnya memiliki nilai positif itu.
Baca: Ini yang Dilakukan Sandiaga Uno untuk Kejar Elektabilitas Jokowi-KH Maruf Amin di Mataraman Jatim
Perempuan, kata dia, memiliki peranan penting dalam menjaga toleransi yang kini mulai terkikis dalam situasi politik yang kian memanas.
"Ini tema yang luar biasa ya, karena perempuan harus menjadi agen perubahan sosial, dan itu penting bagi masyarakat, dimanapun," ujar Sumanto, di hadapan ratusan simpatisan Jokowi-Ma'ruf.
Sumanto pun menyebut Arab Saudi sebagai salah satu contoh negara yang kini mulai mengalami perubahan dalam memberikan sedikit keleluasaan bagi kaum perempuan.
"Bahkan di Arab Saudi sendiri yang dianggap negara paling konservatif dan dianggap oleh berbagai macam kelompok bahwa (Saudi) tidak menghormati perempuan, sekarang telah mengalami perubahan luar biasa," kata Sumanto.
Ia kemudian menjelaskan bahwa dirinya tidak hanya mendengar kabar tersebut, namun menyaksikan secara langsung karena memang dirinya cukup lama menetap di negara kaya minyak itu.
Satu contoh yang ia anggap menjadi bukti bahwa toleransi dan keberadaan perempuan semakin dihargai di Saudi adalah saat kaum perempuan kini sudah diizinkan mengemudi.
Tidak hanya mengemudi di kawasan kompleks rumah saja, namun juga jalan raya.
"Saya menyaksikan langsung perubahan sosial itu dilakukan oleh perempuan (di Saudi), di Saudi sekarang perempuan bisa nyetir karena perubahan yang digerakkan perempuan itu sendiri," jelas Sumanto.
Melihat pengalamannya saat berada di Saudi, Sumanto pun berharap agar para perempuan di tanah air bisa melakukan hal yang sama, yakni benar-benar berupaya menjadi agen perubahan sosial.
Upaya tersebut menurutnya bisa dilakukan dari lingkungan sekitar, seperti keluarga, kerabat dan para tetangga.
"Intinya adalah perempuan harus betul-betul jadi agen perubahan sosial dan itu harus dari unit-unit kecil, dari keluarga, tetangga, dan sebagainya, perempuan harus berani menyuarakan itu, demi sosial yang lebih baik di Indonesia," tegas Sumanto.
Dalam kegiatan tersebut, turut hadir pula mantan Gubernur Bank Indonesia (BI) Miranda Gultom serta pembicara lainnya yakni Psikolog Livia Iskandar.