Dengar Suara Gludug dan Rasakan Keanehan Air Laut Siang Hari Sebelum Tsunami, Novi Bergegas Pulang
Saat asyik menikmati keindahan alam dan udara segara pantau, beberapa keluarga merasakan keanehan. Apakah itu?
Penulis: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM - Ucapan rasa syukur tiada henti dipanjatkan Novi. Perasaan tak enak sang suami membawa mereka selamat musibah tsunami Banten dan Lampung.
"Alhamdulillah Ya Allah, Engkau masih melindungi kami hingga sampai di rumah dengan selamat," kata Novi kepada Tribunnews.com.
Novi menceritakan Sabtu (22/12/2018) pagi, beberapa jam sebelum Tsunami memorakporandakan sejumlah pesisir di Selat Sunda itu, ia bersama keluarga besarnya piknik ke Pantai Florida di kawasan Banten.
Singkat cerita keluarga Novi sampai di Pantai Florida, tak jauh dari Pantai Karang Bolong di jajaran pantai Anyer yang tak luput dari terjangan Tsunami.
Saat asyik menikmati keindahan alam dan udara segara pantau, beberapa keluarga merasakan keanehan. Apakah itu?
Teryata saat siang hari yang cerah, bahkan sinar matahari tengah sangat terang, mereka mendengar seperti suara guntur persis seperti tanda-tanda hujan.
"Itu padaha mataharinya terik banget, gak ada gerimis-gerimis atau mendung gitu, kok kayak suara gludug-gludug gitu sesekali terdengar," cerita karyawati di media online terbesar ini.
Penasaran, Novi pun mencari tahu pada orang sekitar pantai. Dari mereka diketahuilah jika suara ini biasa terdengar, sumbernya dari Gunung krakatau.
Baca: Peluk dan Ciuman Terakhir Herman Seventeen untuk Sang Istri
"Kata orang sana (pantai Banten) saat malam warga sekitar Pantai juga kerap melihat ada seperti api keluar dari gunung Karakatau," ujar ibu dua anak ini.
Tak hanya suara, Irfan suami Novi juga merasakan ada keanehan dan tak biasa pada air laut.
Seperti tak memedulikan keasyikan anggota keluarga terutama anak-anak yang asyik bermain pasir dan menikmati air laut, keluarga Novi pun bergegas pulang ke Jakarta.
"Cuma suami aku sempat gak enak pas lihat airnya agak aneh. Gimana gitu. Anak-anak disuruh cepat-cepat main di lautnya, terus kita bergegas pulang aja," kisah Novi.
Sesampainya di rumah, Sabtu mnalam keluarga Novi baru mendengar kabar jika telah terjadi tsunami di pantai yang baru saja mereka kunjungi.
"Syukur banget ya Allah, sudah pulang kita," kata Novi.
Rasa syukur kembali diucapkannya. Mengingat saat pikinik ia membawa anak bungsunya, Nabilah yang masih berusia 2 bulan.
"Alhamdulillah ya Allah, aku cepat pulang. Bawa bayi 2 bulan, jadi gak nginap," kata Novi menutup perbincangannya.
Baca: Peneliti Sebut Tsunami Pandeglang Unik, Terjadi Tanpa Gempa dan Baru Pertama Kali di Indonesia
Penyebabnya Ditelusuri
Kepala Pusat Data dan Informasi BNPB Sutopo Puwo Nugroho mengatakans aat ini pihak-pihak terkait baik BPBD dan BMKG masih mencari tahu penyebab tsunami tersebut.
"Kami masih cari penyebabnya, dugaan sementara adalah karena longsor bawah laut akibat aktivitas anak Gunung Krakatau dan juga gelombang tinggi karena purnama. Sementara karena kedua gejala alam itu terjadi bersama. Namun kami akan terus kaji, apa benar seperti itu," ucap Sutopo Purwo Nugroho.
Saat jumpa pers di kantor BPBD DIY, Minggu (23/12/2018), data yang ia terima hingga pukul 13.00 korban meninggal dunia ada 168 orang.
Dilaporkan 745 orang mengalami luka-luka dan 30 orang hilang.
Dari data tersebut menurut Sutopo Purwo Nugroho belum ada informasi orang asing yang turut menjadi korban tsunami.
Akibat tsunami yang menerjang sekitar pukul 21.00 tersebut sebanyak 558 unit rumah rusak, sembilan hotel rusak berat, 60 warung kuliner, dan 350 perahu rusak.
"Jumlah masih akan terus bertambah, ini masih data sementara. Mulai dari TNI, Polri, PMI, Tagana, BPBD masih terus melakukan pencarian korban. Jalan-jalan juga masih ada yang tertutup material yang terbawa tsunami," kata Sutopo Purwo Nugroho