Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Indonesia Penghasil Sampah Plastik Nomor 2 di Dunia, JK Dukung Gerakan Bawa Botol Minum

Indonesia diharapkan bisa melakukan inovasi untuk mengubah kebiasaan masyarakat terkait sampah plastik.

Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Indonesia Penghasil Sampah Plastik Nomor 2 di Dunia, JK Dukung Gerakan Bawa Botol Minum
Tribunnews/JEPRIMA
Petugas Badan Air Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta saat membersihkan tumpukkan sampah yang tersangkut di aliran Sungai Ciliwung Kampung Melayu, Jakarta Selatan, Selasa (8/1/2019). Sampah-sampah yang tersangkut tersebut adalah bambu, pohon-pohon, sampah plastik dan styrofoam yang merupakan akibat curah hujan yang mengguyur Jabodetabek.(Tribunnews/Jeprima) 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Sampah plastik kini menjadi masalah mendunia, tak ayal sebagai negara berpenduduk besar, Indonesia dinobatkan sebagai penghasil sampah plastik nomor 2 setelah Cina.

Indonesia diharapkan bisa melakukan inovasi untuk mengubah kebiasaan masyarakat terkait sampah plastik.

Salah satunya muncul gerakan membawa botol minum sehari-hari atau tumbler.

Wakil Presiden Jusuf Kalla pun mendukung adanya gerakan itu.

"Jadi kalau minum Aqua ya lebih baik bawa sendiri botol plastik yang tebal, sehingga dapat dipakai berkali-kali botol itu. Jadi kalau dipakai berkali-kali botol itu, maka akan mengurangi efek daripada lingkungan disekitar yang kena plastik," ujar JK, saat memberikan sambutan dalam acara "Penganugerahaan Adipura dan Green Leadership" di Gedung Manggala Wanabakti KLHK, Jakarta Selatan, Senin (14/1/2019).

Ke depan, ujar JK, kebiasaan membawa tumbler itu, bisa menjadi trend di dunia.

"Banyak hal dan ini akan menjadi trend dunia, sekali lagi. Jadi kita harus merencanakannya, karena pasti akan menjadi tren dunia," harap JK.

Berita Rekomendasi

Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan RI, Susi Pudjiastuti pernag menyebutkan kekhawatiran, di mana tahun 2030 jumlah sampah plastik akan lebih banyak daripada jumlah ikan di laut.

Baca: Hidayat Nur Wahid: Prabowo Berhasil Luruskan Kecurigaan dan Pesimisme Kepada Dirinya

"Kalau kita tidak selesaikan permasalahan ini tahun 2030, akan lebih banyak plastik daripada ikan di laut kita," ujar Susi saat memberikan keterangan Outlooks 2018 di Kantor KKP, Gambir, Jakarta Pusat, Senin (17/12/2018).

Selain itu, kerugian yang dirasakan nanti dengan jumlah sampah yang menggunung adalah berkurangnya hasil pertanian.

"Setiap gali tanah, isinya kantong kresek," imbuh Susi.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas