Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pemilu di Jakarta Rawan 'Caleg Hantu', Masyarakat Diminta Cermat Memilih

para caleg seharusnya menyambangi daerah pemilihannya secara langsung, bukan dengan mengandalkan serangan fajar

Penulis: Wahyu Aji
Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Pemilu di Jakarta Rawan 'Caleg Hantu', Masyarakat Diminta Cermat Memilih
Tribunnews
Ilustrasi Pemilu 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Masyarakat diharapkan cermat dengan tidak memilih calon legislator (caleg) hantu, sebutan bagi calon wakil rakyat yang tak menyambangi atau melupakan daerah pemilihannya.

Mayoritas caleg hantu ini hanya mengandalkan serangan fajar dengan tebaran uang.

Peneliti (Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia) LIPI, Syafuan Rozi Soebhan mewanti-wanti masyarakat tak mencari kucing dalam karung dalam memberikan suaranya untuk wakil rakyat di parlemen pada Pemilu serentak yang digelar 17 April mendatang.

Dirinya menyampaikan, untuk mengetahui persoalan dialami masyarakat.

Menurutnya, para caleg seharusnya menyambangi daerah pemilihannya secara langsung, bukan dengan mengandalkan serangan fajar atau membagikan uang melalui tim suksesnya.

Dirinya berharap, masyarakat memilih para calon legislator yang memiliki program jangka panjang dan perbaikan di daerah pemilihannya.

"Kami tidak mau mencari kucing dalam karung karena dibayar, dia (caleg) hibur kita selama kampanye tapi lalu meninggalkan kita dengan kemacetan, pengangguran, jalan yang gelap, sampah dimana-mana, kejahatan luar biasa, narkoba," kata Syafuan, saat dikonfirmasi, Senin (21/1/2018).

Berita Rekomendasi

Direktur Riset dan Kebijakan Lembaga Kajian, Pengembangan dan Partisipasi Masyarakat ini meyakini masyarakat mulai cerdas dalam menyikapi pesta demokrasi.

Masyarakat, khususnya generasi milenial disebut Syafuan tak serta merta akan menerima uang dari para caleg yang akan membiarkan daerah pemilihannya terbengkalai.

Hal ini dikemukakan Syafuan terkait peluang caleg petahana dalam pesta demokrasi kali ini.

“Masyarakat mulai cerdas dan menurut saya ketika masyarakat meletakan pohon pisang di jalan yang tidak diperbaiki itu sekaligus menyampaikan ke temennya yang terima uang, dia (caleg dipilih) menang tapi gak mengurus jalan kita karena merasa sudah bayar di depan,” katanya.

“Nah itu masyarakat mulai sadar untuk jangan mau terima DP. Terima DP nanti di belakang hari kita tidak diurus. Tapi kalau milih orang yang tepat, yang benar, dia akan urus 5 tahun ke depan bagaimana jalan kita itu bagus, dari kualitas jalannya, drainase dan lainnya," tambah Syafuan.

Sejumlah petahana diketahui kembali maju dalam Pemilu serentak 2019, salah satunya di Dapil Jakarta III yang dipandang sebagai salah satu daerah dengan persaingan terkeras untuk para calon legislatif.

Ahmad Sahroni caleg petahana dari NasDem, mengingatkan masyarakat untuk arif memilih wakil rakyat yang memperhatikan daerah pemilihannya.

"Uang memang penting, bohong kalau kita tidak butuh uang, apapun sekarang membutuhkan uang, apalagi di ibu kota. Tapi jangan juga kita diperbudak oleh uang sampai membutakan mata kita memilih wakil rakyat yang hanya mau dipilih tapi tidak mau memperhatikan dapil setelah terpilih," kata Sahroni.

"Jakarta III dijuluki sebagai dapil neraka, saya justru menilai dapil ini sebagai dapil hantu karena pada pemilu sebelumnya banyak caleg tak menyambangi wilayah-wilayah di daerah pemilihannya namun memperoleh suara besar," sambungnya.

Sahroni mencontohkan, sebagai wakil rakyat yang terpilih dari Dapil III dirinya tak pernah melewatkan berbagai kesempatan untuk mengunjungi kembali daerah-daerah yang telah mengantarnya menduduki kursi DPR.

Dengan bertatap muka di daerah pemilihannya, menurut Sahroni kepentingan masyarakat akan diketahui tanpa ditungangi pihak-pihak yang mencoba mencari keuntungan pribadi.

"Selama hampir lima tahun, saya tidak pernah melewatkan jadwal reses, kunjungan kerja maupun sosialisasi empat pilar. Momentum itu saya manfaatkan untuk mendatangi berbagai wilayah di daerah pemilihan secara bergiliran untuk mengetahui apa persoalan dirasakan masyarakat," katanya.

“Saya ingin mengetahui secara langsung persoalan masyarakat saya bisa mendorong penyelesaian melalui komunikasi dengan Pemprov DKI ataupun DPRD Jakarta," kata Sahroni.

Ditambahkan Sahroni, dirinya juga membentuk organisasi Ahmad Sahroni Center (ASC) sejak lima tahun lalu agar dapat lebih menyerap aspirasi masyarakat.

Dalam berbagai kegiatan Sahroni melalui ASC juga selalu melibatkan tokoh masyarakat setempat, baik ketika kunjungan kerja, sosialisasi empat pilar maupun event lain seperti pengobatan gratis.

ASC sekaligus menjadi wadah penghubung masyarakat yang ingin mengeluhkan persoalan di lingkungannya kepada Sahroni untuk kemudian dicari solusinya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas