Wapres JK Kritik LRT Palembang Hingga Kereta Jalur Trans Sulawesi
Kali ini, dirinya menyatakan, penggunaan Light Rail Trans (LRT) di Palembang dan Kereta Api di Sulawesi tak berjalan efisien.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Wakil Presiden Jusuf Kalla kembali mengkritis transportasi massal yang dibangun oleh pemerintah.
Kali ini, dirinya menyatakan, penggunaan Light Rail Trans (LRT) di Palembang dan Kereta Api di Sulawesi tak berjalan efisien.
"Sekarang LRT Palembang jadi turis lokal datang coba 1x sudah selesai. Banyak hal-hal secara ekonomis bukan hanya secara teknis, tapi kita harus perbaiki secara ekonomis," kata JK saat menjadi keynote speaker, di Hotel Kempinski, Jakarta Pusat, Selasa (22/1/2019).
JK pun sempat pula mengungkapkan, kekhawatirannya atas jalur kereta api Trans Sulawesi yang baru dioperasikan pada akhir 2018 lalu.
"Barang apa mau diangkut dari Utara ke Selatan, Selatan ke Utara. Enggak ada. Kalau barang dan orang tidak akan efisien. Kereta Api hanya efisien di Jawa karena penduduk 160 juta," ungkapnya.
Dihadapan para undangan yang kebanyakan insyiyur, JK berharap ke depan pembangunan infrastruktur termasuk transportasi massal, dimatangkan secara teknis dan ekonomi, apalagi pembangunan di daerah di luar Pulau Jawa.
Baca: Maruf Amin Resmikan Kantor TKD Trenggalek Targetkan Suara 70 Persen
"Kalau jalan di daerah sangat penting sekali. Ini suatu tanggung jawab kita semua untuk melihat itu sebagai bagian daripada evaluasi kita meningkatkan infrastruktur tapi juga manfaatnya bagaimana," ujar dia.
Sebelumnya, JK juga pernah mengkritik LRT yang dibangun di Jakarta, Bogor, Depok, dan Tangerang (Jabodebek).
"Infrastruktur juga harus efisien. Saya minta maaf beberapa minggu lalu saya menyampaikan kenapa kita membikin LRT di atas jalan tol, kenapa semahal itu. Harus memahami, bahwa kenapa tetap harus membikin LRT di atas jalan tol, terus kenapa kita membikinnya elevated? Akibatnya jalan tol tidak bisa diperlebar lagi karena ada tiang di sampingnya. Kedua, biayanya 10x lipat dibanding kalau di bawah," jelas dia.