Kisah Morado Pecatur Cilik Pemegang Juara 10 Kali
Gerakannya begitu lincah, tangannya bergerak cepat dan fasih memindahkan bidak catur sembari menekan jam catur di depannya.
Editor: Adi Suhendi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gerakannya begitu lincah, tangannya bergerak cepat dan fasih memindahkan bidak catur sembari menekan jam catur di depannya.
Itulah yang ditampilkan Morado, seorang pecatur cilik berusia sembilan tahun saat berlaga dalam turnamen catur yang memperebutkan Piala "3 M" di GOR Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Minggu (27/1/2019).
Piala "3 M" yang dimaksud di sini bukanlah nominal uang sebesar Rp 3 miliar, melainkan tiga politisi yang menjadi sponsor turnamen tersebut.
Mereka adalah dua politikus Senayan, yakni Misbakhun dan Maruarar Sirait, serta mantan anggota DPR RI M Hatta Taliwang.
Baca: Liliyana Natsir teteskan air mata akhiri karier bulutangkis dengan laga final Indonesia Masters
Selain trofi, turnamen ini menggelontorkan hadiah berupa uang total sebesar Rp119.400.000.
Jumlah tersebut disiapkan untuk 160 pemain terbaik.
Kembali ke Morado, bocah asal Bekasi, Jawa Barat itu sudah jago bertanding catur dan mampu mengalahkan lawan-lawannya dengan mudah.
Bahkan, dalam pertandingan yang ia tampilkan dengan dua temannya, Amira dan Ardi, ia hanya memainkan catur dengan durasi 1 menit.
"Saya belajar catur sejak usia 6 tahun. Dulu ikut kursus, terus latihan tiap hari Selasa, Rabu, dan Jumat," kata Morado sambil memindahkan biduk catur di depannya.
Baca: Pekerjaan Utama Pilot Emiliano Sala Ternyata hanyalah Tukang Ledeng
Hasil dari kerja kerasnya sejak usia dini, Morado mengaku sudah sering menjuarai pertandingan catur untuk kategori anak usia di bawah 12 tahun.
"Saya juara sudah lebih 10 kali," ujarnya.
Pemandangan pecatur cilik yang lincah juga ditunjukkan Amira dan Ardi.
Amira, bocah delapan tahun asal Pamulang, Tangerang Selatan ini, juga sudah cekatan dalam menjalankan biduk-biduk catur.
Tapi berbeda dengan Morado, Amira mempelajari catur bukan dari tempat kursus atau sekolah catur, melainkan dari orang tuanya.
"Saya belajar dari ayah, dia seorang wasit catur," ujarnya.
Hal serupa juga diungkapkan Ardi, pecatur cilik lainnya yang ikut serta dalam turnamen ini. Ia mengaku mempelajari catur juga dari orang tuanya.
Baca: Kirim Bantuan untuk Korban Tsunami, Rombongan Pemuda Pancasila Tembus Jalan Berlubang dan Berlumpur
"Bapak saya memang pemain catur. Jadi saya belajar ke Bapak," ujar bocah asal Tangerang Selatan, yang mengaku sudah pernah memenangkan turnamen catur cilik selama dua kali ini.
Morado, Amira, dan Ardi adalah sedikit dari para pecatur yang berlaga dalam Turnamen "3 M" yang berjumlah lebih dari 850 peserta.
Mereka dikumpulkan dalam berbagai kategori, yakni kategori master diikuti 150 orang, dengan perincuan satu Grand Master, 13 Master Internasional, 24 Fide Master, dan 82 Master Nasional.
Sedangkan peserta Non Master sebanyak 560 orang.
Kategori lainnya dalam turnamen ini adalah pecatur kelompok usia (KU) 12 tahun sebanyak 70 dan KU 16 tahun sebanyak 46 orang. Turnamen ini juga diikuti wasit dari 20 provinsi, yakni sebanyak 24 orang.
Sedangkan satu pemain yang cukup menyita perhatian berasal dari luar negeri, yakni dari Filipina.
Hatta Taliwang, salah satu penyelenggara mengaku cukup kaget dengan jumlah yang luar biasa ini. Apalagi kata dia, turnamen kali ini diikuti oleh para pecatur master internasional.
"Saya kira ini rekor, kita bisa mengumpulkan 150 master," kata Hatta di arena sela-sela pertandingan catur.
Hatta memaklumi dengan gairah yang sangat besar dari para pecatur di Tanah Air.
Menurutnya, hal ini terjadi karena catur merupakan olahraga otak yang tidak memerlukan biaya mahal.
"Gairah masyarakat di sini terasa, peminat catur setiap tahun bertumbuh di seluruh Tanah Air, karena ini olahraga otak dan murah. Dengan makin meningkatnya peminat catur di seluruh Indonesia, kita berharap perhatian pemerintah di seluruh daerah untuk ikut setiap PON atau Porda," kata Hatta.
Karenanya, Hatta berharap agar pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dapat meningkatkan anggaran untuk olahraga catur.
"Kita berharap pemerintah daerah dapat menaikkan anggarannya untuk catur. Juga pemerintah pusat, termasuk juga BUMN atau perusahaan-perusahaan swasta lebih banyak berpartisipasi mensponsori acara-acara yang semakin tahun semakin banyak ini, karena olahraga ini relatif murah. Bayangkan mereka dari luar daerah berlomba-lomba, padahal kalau mengejar hadiah, mereka belum tentu dapat. Ini artinya motivasi mereka semakin meningkat," jelasnya.
"Ya, target kegiatan ini ujungnya adalah peningkatan prestasi, bagaimana Indonesia bisa lebih baik di dalam pertandingan catur internasional."tutupnya. (willy Widianto)