Ceritakan Pengalaman Wawancara 'Cabut Gigi' di Era Soeharto, Ira Koesno Beberkan Perasaannya
Kisah Ira Koesno saat wawancara 'Cabut Gigi' di Era Soeharto, sempat merasakan kekhawatiran dan semangat membara karena ingin memberitahu ke publik.
Editor: ade mayasanto
TRIBUNNEWS.COM - Mantan jurnalis Liputan 6 SCTV Ira Koesno menceritakan kisahnya soal wawancara 'Cabut Gigi' di Era Soeharto.
Wawancara yang lebih dikenal dengan sebutan 'Cabut Gigi' di Era Soeharto itu dilakukan Ira Koesno bersama narasumbernya pengamat politik Sarwono Kusumaatmadja.
Kala itu, Ira Koesno harus memandu acara itu di tengah konflik krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998.
Adanya krisis moneter itu membuat rakyat Indonesia menuntut reformasi dan meminta Soeharto yang telah berkuasa selama 32 tahun untuk mundur dari kursi presiden.
"Ini sebenarnya suara publik yang menginginkan perubahan, saya ingat headline di surat kabar utama 'ingin masanya yang diganti' tapi kan itu cetak dan di jaman itu televisi merupakan luar biasa."
"Singkat cerita, kami sebenarnya bersemangat apapun yang jadi suara rakyat harus kita kemukakan di layar kita," ucap Ira Koesno.
Kemudian, sosok Sarwono Kusumaatmadja diundang menjadi narasumber di acara tersebut dan tampak telah menggunakan pita hitam sebagai ungkapan belasungkawanya atas tertembaknya sejumlah mahasiswa di aksi 1998.
"Aduh kita mau sih bawa ke layar tapi kalau terlalu frontal, ini TV punya siapa? Sebenarnya ada ketakutan seperti itu, ini ngeri-ngeri sedap," beber Ira Koesno.
Ira Koesno menuturkan, Sarwono Kusumaatmadja kekeuh tak ingin melepaskan pita hitam yang dikenakannya dan jika diminta dilepaskan maka ia akan pulang dan tak akan menjadi narasumber.
"Bingung kita pada saat itu ada dua segmen dan diadakan di hari Minggu. Mau diganjal apa kalau tamunya pulang? Jadi yasudah kita ambil jalan tengah," tegas Ira Koesno.