Survei LSI: Debat Tak Banyak Pengaruhi Elektabilitas Kandidat Capres-Cawapres
Elektabilitas tersebut tak jauh beda setelah debat pertama berlangsung pada 17 Januari 2019 lalu.
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Lingkaran Survei Indonesia (LSI) menyebut, debat pertama capres-cawapres tak berpengaruh banyak pada elektabilitas kedua kandidat.
Pasalnya, dari hasil survei elektabilitas pada Desember 2018, Jokowi-Ma'ruf sebesar 54,2 persen.
Diperiode yang sama, elektabilitas Prabowo-Sandiaga 30,6 persen. Sisanya sebesar 15,2 persen masih rahasia atau belum menjawab.
Elektabilitas tersebut tak jauh beda setelah debat pertama berlangsung pada 17 Januari 2019 lalu.
Hal itu disampikan Peneliti LSI Denny JA, Adjie Alfaraby di Kantor LSI, Rawamangun, Jakarta Timur, Rabu (30/1/2019).
"Elektabilitas Jokowi-Ma'ruf 54,8 persen, Prabowo-Sandi 31 persen dan 14,2 persen belum menjawab atau rahasia. Jadi debat enggak banyak pengaruh," kata Adjie.
Survei LSI yang yang dilakukan 18-25 Januari 2019 dengan melibatkan 1.200 responden.
Meski begitu, Adjie menjelaskan faktor elektabilitas paslon tak hanya ditentukan dari debat saja.
Sebab, debat dianggap hanya salah satu instrumen penilaian.
Ia merujuk pada Amerika sebagai kiblat demokrasi, debat capresnya tak selalu ramai penonton dan berpengaruh.
Baca: KPU Akan Umumkan Caleg Eks Narapidana Secara Bertahap, Diawali Eks Koruptor
Kecuali, bila selisih elektabilitas paslon hanya sekitar 5 persen maka bisa berdampak signifikan.
"Tergantung faktor lain di luar itu, debat bukan satu-satunya variabel yang pengaruhi itu," jelasnya.
Adjie menilai para peserta survei mayoritas sudah punya pilihan politik sendiri. Sehingga sesi debat tak banyak berpengaruh pada pilihan mereka.
"Penonton debat sudah punya pilihan politik sendiri umumnya. Debat hanya sarana sejauhmana pemaparan materi capres yang didukungnya," terangnya.
Diketahui, survei dilakukan pada 18-25 Januari 2019 dengan metode multistage random sampling.
Total respondennya 1.200 di seluruh Indonesia dengan wawancaranya menggunakan tatap muka memakai kuesioner. Adapun margin of errornya -+ 2,8 persen.