Pengamat Menilai Puisi Fadli Zon Jelek, Dibandingkan Goenawan Muhammad, Bagai Bumi dan Langit
- Puisi Politisi Fadli Zon Dibandingkan Karya Goenawan Mohammad oleh pengamat politik. Puisi berjudul ' Doa yang Ditukar' masih menjadi polemik
Editor: Sugiyarto
Berikut isi puisinya tersebut.
DOA YANG DITUKAR
doa sakral
seenaknya kau begal
disulam tambal
tak punya moral
agama diobral
doa sakral
kenapa kau tukar
direvisi sang bandar
dibisiki kacung makelar
skenario berantakan bubar
pertunjukan dagelan vulgar
doa yang ditukar
bukan doa otentik
produk rezim intrik
penuh cara-cara licik
kau penguasa tengik
Ya Allah
dengarlah doa-doa kami
dari hati pasrah berserah
memohon pertolonganMu
kuatkanlah para pejuang istiqomah
di jalan amanah
Fadli Zon, Bogor, 3 Feb 2019
Dalam perkembangannya, puisi Fadli Zon tersebut menuai protes dari sejumlah organisasi masyarakat Islam dan santri karena dinilai menghina ulama, khususnya KH Maimun Zubair.
Fadli Zon yang juga anggota Dewan Pengarah Badan Pemenangan Nasional ( BPN) Prabowo-Sandiaga, menduga ramainya pembahasan puisi berjudul ' Doa yang ditukar' sengaja terus digoreng kubu lawan.
Termasuk munculnya tuntutan minta maaf oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Sukabumi, karena menilai puisinya itu menghina ulama Maimoen Zubair ( Mbah Moen).
"Ya memang digoreng, kan jelas sekali. Coba baca dengan pikiran jernih dengan akal sehat, engga ada apa-apa di situ. Mau apa, mau diperdebatkan apanya, kalau kita punya akal sehat engga ada apa," katanya di posko Seknas Prabowo-Sandi, Menteng, Jakarta, Selasa, (12/2/2019).
Menurut Fadli puisinya itu bukan ditujukan kepada Mbah Moen, melainkan kepada penguasa.
Selama ini ia mengaku sangat menghormati Mbah Moen sebagai ulama yang baik dan bijaksana.
"Mbah Moen itu saya hormati, saya sebut kau penguasa tengik, emang mbah moen penguasa, ya lagian itu puisi, tapi kalau mau digoreng-goreng, ya goreng aja silahkan," katanya.
Fadli juga sangsi adanya santri yang memprotes puisinya tersebut. Ia mengaku telah berkomunikasi dengan kiai di sejumlah daerah bahwa tidak ada yang memprotes puisi tersebut.
"Santri yang mana, saya sudah bicara dengan kiai di sana engga ada, mereka engga ada mau laporkan puisi. Silahkan aja, tapi puisi itu bagian dari ekspresi, saya tegaskan sebagai orang yang berekpsresi itu bukan Mbah Moen, justru kita hormati mbah yang sedang berdoa. Jadi tolong digunakan akal sehat," katanya.
Putra Maruf Amin