Buah Manis Reformasi Total Koperasi di Tangan Puspayoga
Program 'Reformasi Total Koperasi' membangun koperasi berkualitas, bukan membangun banyaknya jumlah koperasi.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Membangun koperasi berkualitas, bukan membangun banyaknya jumlah koperasi.
Demikian program 'Reformasi Total Koperasi' Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menkop dan UKM) Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga selama empat tahun lebih membantu Presiden Joko Widodo-Jusuf Kalla.
Salah satu prestasinya, membubarkan ribuan koperasi 'nakal', kemudian membawa anak usaha koperasi menjadi perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Berikut wawancara eksklusif dengan kru Tribun Network di kantornya Jalan Rasuna Said, Kuningan, Jakarta, Jumat (1/3/2019) sore.
Tribun: Apa itu program unggulan Kementerian Kopersi dan UKM. Saat kementerian lain mengekspose keberhasilan atau prestasinya, Anda mengapa terkesan tidak publikasi, padahal banyak pencapaian yang bagus?
Puspayoga: Kami menjalankan program Bapak Presiden Jokowi dengan program reformasi total koperasi. Itu berupa reorientasi, yakni mengubah paradigma pemberdayaan koperasi dari kuantitas menjadi kualitas.
Baca: Menkop dan UKM Puspayoga: Hasil Reformasi Total Koperasi, 3 Koperasi Dipercaya Salurkan KUR
Baca: Menteri Puspayoga Bangga Bawa Koperasi Jadi Perusahaan Go Publik
Baca: Pidato Politik AHY untuk Presiden Terpilih Nanti: Mampu Menyesuaikan Perubahan Zaman
Untuk itu perlu penataan database koperasi melalui penertiban badan hukum. Alhasil kini tercatat jumlah koperasi aktif sebanyak 138.140 unit per 2018, dari sebelum reformasi total koperasi pada 2014 sebesar 212.570 unit.
Tribun: Lha, jumlah koperasi kok justru berkurang. Apakah itu prestasi?
Puspayoga: Koperasi yang tidak aktif, mandeg dan nakal kita bubarkan sebanyak 40.013 koperasi dan sisanya masih dikaji.
Untuk apa ini? Untuk meningkatkan kualitas. Sehingga akhirnya akan mampu meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB) koperasi Indonesia terhadap negara.
Program 'Reformasi Total Koperasi' itu membawa perubahan paradigma dalam dunia koperasi Indonesia.
Utamanya untuk mewujudkan koperasi modern yang berkualitas serta berdaya saing tinggi dengan jumlah anggota aktif yang terus meningkat.
Selain juga meningkatkan kapasitas Koperasi sebagai badan usaha berbasis anggota yang sehat, kuat, mandiri dan tangguh serta setara dengan badan usaha lainnya melalui regulasi yang kondusif, perkuat SDM, kelembagaanp Pembiayaan, pemasaran dan kemajuan teknologi.
Baca: KPID Jakarta: Berita Capres Dominan di TV dan Radio, Berita Caleg Masih Minim
Dengan demikian tekad pemerintahan Jokowi meningkatkan pertumbuhan ekonomi tercapai, lapangan kerja meningkat, penggangguran menurun kemiskinan menurun dan gini ratio menurun.
Peningkatan pertumbuhan ekonomi disertai pemerataan kesejahteraan masyarakat.
Tribun: Sejauh ini, apa sumbangsih nyata dari program Reformasi Total Koperasi yang anda maksud?
Puspayoga: Reformasi Total Koperasi telah berhasil meningkatkan kontribusi PDB Koperasi terhadap PDB Nasional dari 1,71 persen pada 2014 meningkat tajam menjadi 4,48 persen pada 2017. Hampir lima persen.
Peningkatan kontribusi PDB Koperasi tersebut telah memberikan dampak terhadap peningkatan kesejahteraan anggota dan masyarakat serta pemerataan pembangunan perekonomian nasional.
Tribun: Selama empat tahun ini, apa hasil dari reformasi total koperasi sudah mampu meningkatkan kualitas koperasi? Apa bukti konkretnya?
Puspayoga: Sekarang sudah ada koperasi masuk Bursa Efek Indonesia (BEI). Kospin Jasa sebagai Koperasi pertama masuk bursa di Bursa Efek. Kospin Jasa ini berada di Pekalongan, Jawa Tengah. Awal usahanya Batik pada 1998, kini berkembang ke banyak usaha.
(Catatan redaksi: Kospin Jasa Pekalongan, melalui anak perusahaanya, PT Asuransi Jiwa Syariah Jasa Mitra Abadi (JMAS) menggelar aksi korporasi berupa penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia ( BEI), Senin (18/12/2017).
Pencatatan saham perdana JMAS, dihadiri oleh Menteri Koperasi dan UKM Anak Agung Gede Ngurah didampingi Direktur Penilaian PT Bursa Efek Indonesia Samsul Hidayat, Ketua Kospin Jasa Andy Arslan dan Direktur Utama PT JMAS Ibrahim.
Gelaran perdananya, perseroan melepas 1 juta saham, dengan komposisi 600.000 saham pendiri dan 400.000 saham publik. Saham dilepas seharga Rp 140 per lembar.
Begitu listing, saham JMAS langsung naik harganya menjadi Rp 238 per lembar saham, naik 70 persen atau Rp 98 per saham ke posisi Rp 238 per saham, dari posisi penawaran Rp 140 per saham.
Baca: Jokowi: Pemegang Kartu Pra-Kerja Tetap Digaji Meski Belum Dapat Pekerjaan
Tribun: Apakah masih ada perusahaan yang berlatar belakang KUKM yang akan masuk bursa?
Puspayoga: Masih ada. Selain itu, kini juga koperasi yang semakin besar dan dipercaya sebagai penyalur Kredit Usaha Rakyat (KUR). Bisanya kan bank yang menjadi penyalur KUR, sekarang ada koperasi.
Tribun: Ada berapa jumlah koperasi penyalur KUR? Adanya di mana?
Puspayoga: Sekarang sudah ada tiga Koperasi Simpan Pinjam (KSP) yang telah menjadi penyalur KUR. Dulu kan belum ada koperasi penyalur KUR. Karena tidak gampang untuk itu, perlu baik kualitasnya.
Sistem teknologi dan informasinya harus terintegrasi dan disetujui Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Kementerian Keuangan serta Bank Indonesia.
Itu tidak gampang masuk menjadi penyalur KUR. Karena Koperasi itu harus sehat.
Tribun: Di mananya saja koperasi yang berhasil dan dipercaya sebagai penyalur KUR?
Puspayoga: Di Pulau Jawa, ada satu koperasi sebagai penyalur KUR, yaitu KSP Kospin Jasa di Pekalongan Jawa Tengah dan Kopdit Obor Mas di Maumere Nusa Tenggara Timur (NTT) serta di Bali, ada satu koperasi.
Tribun: Apakah sejak dulu, atau baru saja, kopersi mendapat kepercayaan menyalurkan KUR?
Puspayoga: Ini baru, di zaman saya baru ada koperasi penyalur KUR.
Tribun: Tiga Koperasi itu, bisa menyalurkan KUR sebesar berapa? Apakah nilainya sama dengan nilai atau plafon KUR yang disalurkan bank umum?
Puspayoga: Plafon kredit, batasan biaya tertinggi pinjaman itu tidak sama, berbeda-beda. BRI besar sekali, plafonnya. BNI juga begitu.
Kalau koperasi, plafonnya lebih kecil. Karena koperasi itu tujuan KUR-nya untuk anggota. Sedangkan Bank untuk umum.
Tribun: Mengapa koperasi dapat menyakurkan kredit usaha rakyat. Apa dasarnya?
Puspayoga: Koperasi bisa mendapat kepercayaan menyalurkan KUR, karena koperasi itu meningkat kualitasnya. Ada sebanyak 138 ribuan koperasi aktif yang tercatat, itu semuanya sehat. Yang belum sistem IT-nya yang belum.
Ada banyak koperasi yang omsetnya juga sudah triliunan rupiah. Di antaranya, Koperasi Sidogiri dengan Omset Rp 19 Triliun, Koperasi Gresik, KISEL (Koperasi Telkomsel). (mal)