Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kader Muda Muhammadiyah Sebut Pernyataan Cak Nanto soal 'Kafir' Terkesan Dipelintir

Pernyataan ketua umum PP Muhammadiyah Sunanto soal 'kafir' cenderung dipelintir keluar dari konteks.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Kader Muda Muhammadiyah Sebut Pernyataan Cak Nanto soal 'Kafir' Terkesan Dipelintir
Ist for ribunnews.com
Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah Sunanto. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kader Muda Muhammadiyah Pamekasan Syarifuddin menyesalkan pernyataan Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah (PPPM) Sunanto atau akrab disapa Cak Nanto soal 'kafir' yang karena terkesan dipelintir.

Apalagi pernyataan Cak Nanto itu dimuat ulang media tertentu dan cenderung keluar konteks.

Padahal, kata dia, Ketua Umum PPPM tidak pernah mengatakan ‘sepakat’ dengan penghapusan sebutan kafir kepada non-muslim Indonesia sebagaimana yang direkomendasikan dalam sidang komisi bahtsul masail maudluiyyah Musyawarah Nasional Alim Ulama NU.

“Apa yang dilakukan media tertentu secara tidak langsung merugikan Ketum PPPM. Sebuah kerja-kerja jurnalistik yang tidak mengedepankan kejujuran dan profesionalisme,” tegas Syarifudin dalam keterangan tertulisnya, Senin (4/3/2019).

Baca: Mahfud MD Tanggapi Penghapusan Istilah Kafir: tak Perlu Difatwakan, Meributkannya tak Produktif

Apalagi, dia menyayangkan  media tertentu yang telah mengutip pendapat narasumber dari media lain yang mengutipnya sebenarnya sudah keluar konteks.

Yakni dengan melabeli Cak Nanto ‘sepakat’ dengan penghapusan kafir kepada non-muslim Indonesia, padahal tidak demikian adanya.

“Cenderung menghilangkan substansi pesan dengan judul yang mereduksi pendapat aslinya,” kata dia.

BERITA TERKAIT

Dia berharap semua pihak mengisi ruang publik, terutama media sosial dengan narasi yang sejuk dengan mengedepankan tabayyun. 

"Tidak dengan prasangka,” kata dia.

Sebagai bangsa yang beradab, Syarifudin mengajak semua pihak untuk mananggapi hasil Mubes NU terkait pelarangan penggunaan kata “kafir” dengan dengan bijak. 

Boleh saja tidak setuju, namun ekspresikan ketidaksetujuan dengan narasi-narasi dialogis tanpa ada umpatan apalagi fitnah dan prasangka.

“Sudah kesekian kali pernyataan ketum PPPM dianggap menyebabkan gaduh. Untuk kali ini, saya harus menulis beberapa poin pembelaan dengan harapan kita bisa mengedepankan kejujuran dibanding kebencian,” ujarnya. 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas