Komisi VIII DPR Kecam Kekerasan yang Mengatasnamakan Agama di Selandia Baru, AS dan Belanda
Sedangkan satu aksi penembakan yang terjadi di Manhattan, Amerika Serikat (AS) diduga tidak berlatar motif teroris.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pasca rentetan peristiwa teror penembakan yang terjadi pada tiga negara dalam waktu berdekatan, banyak pihak menyampaikan kecaman terkait serangan brutal tersebut.
Satu diantaranya Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI Ace Hasan Syadzily.
Ditemui di Kantor DPP Partai Golkar, Jalan Anggrek Neli, Jakarta Barat, Selasa sore (19/3/2019), ia mengatakan parlemen sangat mengecam aksi yang diketahui didominasi motif agama itu.
Dua dari tiga aksi penembakan diketahui memiliki motif teror dan diduga berafiliasi dengan jaringan teroris tertentu, seperti yang terjadi di Christchurch, kota yang terletak di South Island, Selandia Baru serta Utrecht, Belanda.
Sedangkan satu aksi penembakan yang terjadi di Manhattan, Amerika Serikat (AS) diduga tidak berlatar motif teroris.
"Ya tentu kita sangat mengecam tindakan penembakan pertama di Selandia Baru, yang kedua di Belanda ya, dan semalam tentu di Manhattan (AS) ya," ujar Ace kepada Tribunnews.
Baca: Pemakaman pertama korban serangan masjid di Selandia Baru
Menyoroti kasus penembakan di Selandia Baru dan Belanda, Ketua DPP Partai Golkar bidang Media dan Penggalangan Opini itu menyadari bahwa motif tersebut sebagian didasari oleh 'Islamophobia'.
Islamophobia merupakan istilah dari prasangka buruk dan diskriminasi terhadap kelompok muslim.
Menurutnya, kekerasan yang dilakukan dalam bentuk apapun, terutama terkait keyakinan seseorang, bukan merupakan tindakan yang dibenarkan.
Termasuk serangan brutal yang dilakukan Brenton Tarrant, pemuda asal Australia yang melakukan aksi penembakan di kota Christchurch.
"Dan semua kan hampir semacam menunjukkan islamophobia ya, kami sangat mengecam terhadap upaya untuk melakukan kekerasan dan (apalagi) kekerasan itu atas nama agama, apapun agamanya," jelas Ace.
Terlebih, kata Ace, aksi tersebut dilakukan di masjid dan terhadap kelompok muslim di Selandia Baru.
"Dan secara kebetulan kekerasan itu dilakukan terhadap masjid dan kelompok muslim di Selandia Baru)," tegas Ace.
Perlu diketahui, serangan brutal telah dilakukan Brenton Tarrant yang menembakkan senjata semi-otomatisnya dan menewaskan 50 orang serta melukai puluhan lainnya.
Ia melakukan serangan tersebut di Masjid Al Noor dan Masjid Linwood di kota Christchurch, Selandia Baru pada Jumat lalu.
Tarrant diduga terkait jaringan kelompok radikal dan dianggap memiliki pandangan negatif tentang Islam.
Sedangkan penembakan yang terjadi di Utrecht, Belanda diduga berlatar motif teroris lantaran ditemukan bukti berupa sebuah surat yang berada dalam mobil pelaku.
Pelaku utama penembakan itu bernama Gokmen Tanis, dan peristiwa naas tersebut menewaskan tiga orang.
Sementara penembakan yang terjadi di Manhattan, AS menewaskan satu orang namun diduga bermotif gesekan antar geng.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.