Monica Prediksi Jumlah Golput di Pilpres 2019 Tinggi, Ini Alasannya
Monica menyampaikan angka golput ini memang terus meningkat dalam tiga periode pemilu. Pada Pemilu 2004, angka golput mencapai 23,30 persen.
Penulis: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Generasi milenial yang golput diprediksi tinggi pada Pilpres 2019. Sebab, mereka masih cenderung tak acuh terhadap pesta demokrasi lima tahunan itu.
"Potensi golput di kalangan milenial cukup tinggi, yakni di atas 40 persen," kata Ceo Jeune dan Raccord Communication, Monica dalam rilis hasil survei Politik Kalangan Milenial: Potensi Golput dan Gerakan Ayo Memilih di Kawasan Cikini, Jakarta, Kamis (4/4/2019) kemarin.
Berdasarkan hasil survei Jeune dan Raccord Communication, sebanyak 51,8 persen dari 65,4 persen generasi milenial yang tidak peduli terhadap isu politik merasa tak perlu datang ke tempat pemungutan suara (TPS).
Sementara itu, sebanyak 30,8 persen dari 32,5 persen generasi milenial yang mengikuti isu politik merasa tak perlu datang ke TPS.
Monica menyampaikan angka golput ini memang terus meningkat dalam tiga periode pemilu. Pada Pemilu 2004, angka golput mencapai 23,30 persen. Kemudian, pada Pemilu 2009 angka golput sebesar 27, 45 persen dan 30,42 persen pada Pemilu 2014.
"Sejak 2004 hingga 2014, tingkat golput terus meningkat," ucap dia.
Sebagian besar generasi milenial memilih golput karena tak acuh terhadap politik mencapai 65,4 persen. Sisanya, generasi milenial tak tahu tanggal pemilihan sebesar 25,3 persen.
"Apatisme politik menjadi alasan terbesar kalangan milenial memilih golput," kata dia.
Monica menilai perlu ada gerakan nasional untuk memangkas angka golput tersebut di kalangan milenial dan pemilih umum. Pihaknya pun sudah melancarkan kampanye Gerakan Ayo Memilih, mulai dari lomba menciptakan lagu, membuat survei, kampanye media sosial, radio dan aksi panggung.
"Gerakan selanjutnya adalah mengadakan acara 'sudahi tensimu, sayangi bangsamu' dengan media-media anak muda untuk menggaungkan lebih besar api semangat ayo memilih," pungkas dia.
Survei ini dilakukan dalam kurun waktu 10-16 Maret 2016. Ada 1.200 responden yang diwawancarai secara tatap muka menggunakan kuisioner dengan metodelogi multistage random sampling. Survei ini juga dilengkapi dengan FGD, analisis media dan indepth interview.