Utamakan Asing, Prabowo Dianggap Tak Percaya Institusi Nasional
Capres Prabowo Subianto dinilai sudah tidak percaya dengan institusi nasional dan lebih mengutamakan pihak asing.
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Rachmat Hidayat
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Capres Prabowo Subianto dinilai sudah tidak percaya dengan institusi nasional dan lebih mengutamakan pihak asing.
Ini terlihat dari sikapnya yang terus melontarkan tudingan miring kepada penyelenggara pemilu, namun di sisi lain ‘curhat’ kepada perwakilan kedutaan besar negara sahabat dan wartawan asing.
“Lucunya wartawan nasional yang punya hak atas akses informasi yang sama justru dilarang meliput. Sudah menuding KPU yang tidak-tidak, sekarang wartawan nasional pun dilarang meliput," salah seorang Pengamat Komunikasi Politik dari Universitas Indonesia (UI), Ari Junaedi, Rabu (8/5/2019).
"Seperti sudah tidak percaya institusi nasional. Lebih percaya asing dalam menyelesaikan persoalan dalam negeri,” kata dia.
Komentar Ari ini, terkait dengan pertemuan Prabowo dengan perwakilan kedutaan besar negara sahabat dan wartawan asing di kediamannya, Jl Kertanegara IV, Jakarta, Senin (6/5/2019) malam. Dalam pertemuan yang melarang kehadiran wartawan nasional itu, Prabowo menuding banyak kecurangan pemilu di Indonesia.
Ari menyebut, sikap Prabowo yang cenderung lebih percaya pihak asing ini seakan kontradiktif dengan apa yang selama ini dia kampanyekan ke publik.
Baca: Johan Budi: Reshuffle Kabinet Jokowi-JK Kemungkinan Setelah Lebaran
“Prabowo selama kampanye kan mendaku seolah-olah dia paling nasionalis, dan bahkan sambil menggebrak-gebrak meja menuding banyak pihak sebagai antek asing. Lah nyatanya sekarang kok seperti dia yang antek asing?” tanya Ari.
Ia yang juga mantan wartawan ini menyoroti khusus perlakuan Prabowo yang sangat berbeda antara wartawan nasional dan wartawan asing.
Pada peringatan Hari Buruh 1 Mei lalu dimana sebagian wartawan nasional juga merayakannya, Prabowo mengatakan kepada media, “Kami mencatat kelakuan-kelakuanmu satu-satu. Kami bukan kambing-kambing yang bisa kau atur-atur.”
“Sesungguhnya itu pernyataan yang sangat kasar kepada wartawan nasional. Tetapi sebaliknya kok sama wartawan asing Prabowo seperti memberi karpet merah?” ujar Ari.
Politik Prabowo pasca pencoblosan 17 April 2019 terkesan sudah membabi buta dan melawan arus utama. Rencana hitung manual yang akan diumumkan KPU paling lambat 22 Mei mendatang, Prabowo terkesan tidak pedulikan keunggulan Jokowi-Maruf Amin.
Yang untuk sementara berselisih 13 juta suara menurut versi real count sementara KPU. Ari menilai Prabowo telah terjebak dalam keinginan sejumlah elit politik yang sejak awal menskenariokan dirinya pasti menang di kontestasi Pilpres 2019.
Baca: Bachtiar Nasir Jadi Tersangka, Absen Jalani Pemeriksaan hingga Tanggapan Jusuf Kalla dan Sandiaga
"Elit di lingkar politik terdekat Prabowo inilah yang ditengarai politisi Demokrat Andi Arief sebagai genderuwo yang ikut bertanggungjawab terhadap informasi sesat kemenangan 62 % bagi pasangan 01," lanjutnya.
"Jangan heran jika KPU, Bawaslu hingga media nasional tidak dipercaya Prabowo karena institusi-institusi tersebut dianggap Prabowo sebagai penghalang ambisinya,” ujar Ari.
Ia memprediksi kandidat menteri serta pihak-pihak yang kehilangan kesempatan politik jika Prabowo urung memenangi pilpres, akan terus berkelindan memainkan politik akal sehat.
Baca: Bawaslu Gelar Sidang Aduan BPN Prabowo Soal Kecurangan Situng KPU
“Ini yang bahaya karena politik tidak dilihat sebagai kompetisi demokrasi yang sehat tetapi hanya memenuhi ambisi sekelompok orang yang membutakan akal sehat. Harusnya kalah menang dalam pemilu harus diterima dengan sportif. Sayangnya hal ini tidak terjadi di pasangan 02,” katanya.