Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Saat Ratusan Mahasiswa Trisakti Ziarah ke Makam Seniornya Saat Peringatan 21 Tahun Tragedi Trisakti

Ratusan mahasiswa dari empat Sekolah Tinggi Trisakti berziarah ke makam dua aktivis reformasi Trisakti Elang Mulya Lesmana dan Herry Hartanto.

Penulis: Gita Irawan
Editor: Adi Suhendi
zoom-in Saat Ratusan Mahasiswa Trisakti Ziarah ke Makam Seniornya Saat Peringatan 21 Tahun Tragedi Trisakti
Tribunnews.com/ Gita Irawan
Ratusan mahasiswa dari empat Sekolah Tinggi Trisakti menziarahi makam dua mahasiswa aktivis pro reformasi Trisakti korban penembakan oleh aparat rezim Orde Baru Elang Mulya Lesmana dan Herry Hartanto saat peringatan 21 tahun Reformasi di TPU Tanah Kusir pada Minggu (12/5/2019). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ratusan mahasiswa dari empat Sekolah Tinggi Trisakti berziarah ke makam dua aktivis reformasi Trisakti Elang Mulya Lesmana dan Herry Hartanto, di TPU Tanah Kusir pada Minggu (12/5/2019).

Elang dan Herry merupakan dua aktivis yang meninggal dunia karena menjadi korban penembakan aparat saat rezim Orde Baru berkuasa.

Ziara tersebut dilakukan dalam rangka peringatan 21 tahun Reformasi.

Mengenakan almamater, mereka membawa panji sekolahnya masing-masing yakni Sekolah Tinggi Manajemen Asuransi Trisakti, Sekolah Tinggi Media Komunikasi Trisakti, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Trisakti, dan Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti.

Baca: Wanita Ditemukan Tewas Tanpa Busana dengan Kaki dan Tangan Terikat di Apartemen, Begini Kronologinya

Sebagian dari mereka tampak mengangkat kamera ponselnya, merekam suasana yang ada.

Mereka juga tampak menundukan kepala untuk mendoakan dua seniornya tersebut.

Berita Rekomendasi

Ketua Pelaksana Acara Peringatan 12 Mei 1998 Mahasiswa STMA Trisakti Romzi yang memimpin ratusan mahasiwa dan mahasiwi itu mengatakan, acara diadakan setiap tahun untuk mengenang perjuangan para seniornya yang menjadi martir demokrasi.

Sebelum tiba di TPU Tanah Kusir, mereka melakukan long march dari Sekolah Tinggi Ilmu Pariwisata Trisakti yang berjarak sekira tiga kilometer dari makam dua seniornya tersebut.

Baca: Tersangka Pengancam Jokowi Dijerat dengan Pasal Makar

Romzi mengatakan, ada sejumlah kegiatan yang mereka lakukan untuk memperingati peristiwa berdarah tersebut.

Rangkaian acara dimulai dari upacara bendera pada pagi hari, dan kegiatan lainnya.

Hal itu mereka lakukan karena menurut Romzi, banyak di antara mereka yang belum tahu tentang situasi dan kondisi sejarah yang membuat dua seniornya tewas tertembus timah panas aparat rezim Orde Baru.

"Tadi pagi kita ada upacara, kita ada pertunjukan dari masing-masing sekolah tinggi, nyekar, long march ke Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti, lalu kita nonton video dokumenter 1998, seminar napak tilas 1998 karena mahasiswa yang sekang ada ini rata-rata kelahiran 1999-2000an. Kita juga belum tahu pada saat itu ada apa," kata Romzi.

Romzi mengatakan dua seniornya seperti pahlawan super bagi mereka.

Meski begitu, ia juga mengakui kalau di antara teman-temannya juga masih ada yang tidak peduli tentang sejarah reformasi.

Baca: Tersangka Pengancam Jokowi Dijerat dengan Pasal Makar

"Kalau dari yang saya pandang kebanyakan memaknai reformasi sebagai sesuatu goal yang sangat wah banget. Mereka melihat pahlawan reformasi itu seperti pahlawan betulan. Kalau ada macam-macam superhero, ya itulah superhero kita (pahlawan reformasi). Cuma tidak jarang juga, ada juga yang apatis. Tapi kita tidak bisa menyalahkan," kata Romzi.

Ketika ditanya tentang penilaiannya terhadap seberapa jauh jarak antara pengaruh reformasi yang mereka nikmati saat ini dan yang dicita-citakan para seniornya dulu, Romzi tampak kehabisan kata.

Namun, ia berpendapat, generasinya saat ini sudah tidak lagi perlu berjuang dengan berorasi dan turun ke jalan.

Menurutnya, yang perjuangan paling penting bagi mereka sekarang adalah belajar dan meciptakan prestasi yang membanggakan bangsa dan negara.

"Kalau untuk perjuangkan, saya tidak bisa ngomong apa-apa, tetapi untuk bagaimana kelanjutannya, seperti yang sudah saya katakan tadi di sini. Kita sebagai mahasiswa sekarang bukan orasi, teriak-teriak di jalan. Yang penting kita itu bisa membanggakan bangsa ini dengan prestasi karena bukan kerja keras dengan otot tapi dengan otak. Itu yang saya ingin sampaikan secara pribadi ke teman-teman," kata Romzi.

Baca: ICW Sebut Bukti Kasus BLBI Sudah Cukup Jelas

Selepas berdoa dan mendengarkan orasi Mantan Ketua Senat Mahasiswa Trisakti tahun 1997-1998 Julianto Hendro yang sebelumnya juga melakukan doa bersama dengan puluhan aktivis Rembuk Nasional Aktivis (RNA) 98 di tempat yang sama, mereka kembali ke Kampus Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti.

Sebagian dari mereka menyempatkan berfoto bersama dengan beberapa senior mereka dari RNA (98) di depan makam Elang dan Herry.

Sumpah Benny Rhamdani

Anggota DPD RI asal Sulawesi Utara, Benny Rhamdani menyampaikan orasinya saat menghadiri Acara Peringatan 21 Tahun Tragedi Trisakti di TPU Tanah Kusir, Jakarta Selatan, Minggu (12/5/2019).

Di depan pusara kedua rekan seperjuangannya, Elang Mulya Lesmana dan Herry Hartanto, anggota Rembuk Nasional Aktivis (RNA) 98 tersebut bersumpah akan menyeret Wiranto yang pada saat itu menjabat sebagai Panglima ABRI dan Letjen TNI (Purn) Prabowo Subianto yang saat peristiwa itu menjabat sebagai Panglima Komando Cadangan Strategi TNI Angkatan Darat (Pangkostrad).

Baca: 21 Tahun Tragedi Trisakti, Aktifis 98 Berziarah ke Makam Elang dan Hery di Tanah Kusir

"Kita ingin menyeret siapapun pelaku kejahatan HAM. Tidak Prabowo tidak Wiranto dan tidak siapa pun yang menjadi kekuatan antek orde baru, yang menjadi musuh gerakan reformasi, maka kita bersumpah, demi Allah kita akan menyeret mereka ke penjara sampai kapan pun dan sampai tuntasnya gerakan reformasi," kata Benny.

Baca: Rekapitulasi Nasional untuk Kalimantan Selatan: Prabowo-Sandi Unggul 646.224 Suara Atas Jokowi-Maruf

Ia pun memperingatkan kepada Wiranto dan Prabowo bahwa ia dan para mantan aktifis pro reformasi 1998 adalah tanda bahaya bagi mereka berdua.

"Peringatan 21 tahun reformasi ini memberi pesan kepada saudara Prabowo, kepada saudara Wiranto, kami yang masih hidup hari ini adalah tanda bahaya bagi kalian berdua dan seluruh antek-antek kalian," kata Benny.

21 tahun tragedi Trisakti

Tepat 21 tahun lalu yakni pada 12 Mei 1998 empat mahasiswa Trisakti tewas terkena peluru aparat rezim Orde Baru.

Keempat mahasiwa yang dikenang sebagai Pahlawan Reformasi tersebut, yakni Hendriawan Sie bin Hendrik Sie, Elang Mulya Lesmana bin Bagus Yoga Nandita, Herry Hartanto bin Syahrir, dan Hafidin Royan bin Raden Enus Yunus.

Mengenang peristiwa tersebut puluhan aktifis reformasi yang tergabung dalam Rembuk Nasional Aktifis (RNA) 98 menziarahi makam kawan Elang dan Hery di TPU Tanah Kusir, Jakarta Selatan, Minggu (12/5/2019).

Tampak juga keluarga dari Elang dan Hery berada di antara mereka.

Baca: ICW Sebut Bukti Kasus BLBI Sudah Cukup Jelas

Sampai di hadapan pusara kedua kawannya itu, mereka duduk berkumpul, bertahlil, dan membaca doa untuk kedua temannya sertabagi kebaikan bangsa dan negara.

Tampak juga Anggota DPR RI dari PDIP Adian Napitupulu dan Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia Usman Hamid.

Setelah itu, secara bergantian mereka juga melakukan tabur bunga dan air mawar di atas nisan dan pusara tersebut.

Baca: Rekapitulasi Nasional untuk Kalimantan Selatan: Prabowo-Sandi Unggul 646.224 Suara Atas Jokowi-Maruf

Tidak hanya itu, sejumlah perwakilan dari mereka memberikan refleksi dan orasinya mengingat tragedi Trisakti 1998.

Tampak yang berorasi di sana antara lain Adian, Usman, Anggota DPD RI dari Sulawesi Utara Benny Ramdhani, Kader Partai Hanura Wahab Talaohu, dan tokoh lainnya.

Orasi yang disampaikan mereka beragam.

Namun benang merah dari yang mereka sampaikan adalah mereka siap masuk ke dalam pemerintahan dan menentang kekuatan Orde Baru yang ingin berkuasa.

Hal itu terlihat dari konferensi pers yang mereka senggelarakam setelah acara itu selesai tidak jauh dari makam Elang dan Hery.

"Betapa pun Soeharto yang menjadi simbol kekuasaan totaliter itu telah mundur, namun sebenarnya kekuatan Orde Baru belum pupus. Mereka bermertamorfosa dan memanfaatkan deregulasi politik berupa pendirian partai-partai politik."

"Keterbukaan itu memang telah membuat atmosfer demokrasi membaik. Namun transisi demokrasi tersebut telah dimanfaatkan oleh kekuatan Orba untuk kembali berkuasa. Dan bagian dari unsur kekuatan lama itu adalah kelompok politik Cendana," kata Mantan Ketua Senat Mahasiswa Trisakti tahun 1997-1998 Julianto Hendro.

Baca: Alur Peristiwa Kasus Kivlan Zen: Pemberian Surat di Bandara, Cegah Dicabut, Hingga Laporkan Balik

Julianto pun membacakan garis besar Keputusan hasil RNA 98 yang pernah dibacakan di hadapan Presiden Joko Widodo.

Ada tiga poin hasil keputusan RNA 98 uanh mereka bacakan.

Pertama menetapkan Pahlawan Reformasi dalam Peristiwa Tragedi Trisakti, Semanggi I, dan Semanggi sebagai Pahlawan Nasional.

Kedua lenetapan Hari Bhinneka Tunggal Ika.

Baca: Umuh Muchtar Punya Permintaan Ini ke Robert Rene Alberts

Ketiga mendukung Joko Widodo untuk menjadi Presiden RI periode 2019-2024.

"Butir ketiga tersebut, merupakan kesepakatan bahwa Aktivis 98 memasuki politik kekuasaan. Kebulatan tekad para Aktivis 98 untuk memasuki kekuasaan tersebut bertujuian menjaga berjalannya cita-cita Reformasi 98," kata Julianto.

RNA 98 Ziarahi makam dua korban tragedi Trisakti 1998 1
RNA 98 Ziarahi makam dua korban tragedi Trisakti 1998 Elang Mulya Lesmana dan Hery Hartanto di TPU Tanah Kusir saat peringatan 21 tahun tragedi Trisakti pada Minggu (12/5/2019).

Untuk itu, mereka berharap peristiwa kelam 21 tahun yang lalu tidak terulang kembali ke depannya.

"Kami para Aktivis 98 tidak menginginkan demokrasi yang sudah berjalan sesuai harapan pada saat ini kemudian harus kembali menjadi kelam, seperti Peristiwa 21 tahun lalu. Maka selain melakukan eksperimen politik parlementer sejak 2009, para Aktivis 98 telah membuat sejarah baru dengan menyepakati untuk berkuasa pada 2019 -2024," kata Julianto.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas