Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

TRIBUNNEWSWIKI: Tragedi Trisakti 12 Mei 1998

Peristiwa berdarah yang terjadi pada 12 Mei 1998 saat mahasiswa Universitas Trisakti, Grogol, Jakarta Barat

Penulis: Adya Rosyada Yonas
Editor: Natalia Bulan Retno Palupi
zoom-in TRIBUNNEWSWIKI: Tragedi Trisakti 12 Mei 1998
kompas.com
Aksi Demonstrasi Para Mahasiswa Dalam Tragedi Trisakti 12 Mei 1998 

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Tragedi Trisakti 12 Mei 1998

Nama Peristiwa: Tragedi Trisakti

Diperingati: 12 Mei

Waktu kejadian: 12 Mei 1998

Tempat kejadian: Universitas Trisakti, Jl. Kyai Tapa No.1, Jakarta Barat, DKI Jakarta

Deskripsi:

Peristiwa berdarah yang terjadi pada 12 Mei 1998 saat mahasiswa Universitas Trisakti, Grogol, Jakarta Barat melakukan demonstrasi menentang pemerintahan Presiden Soeharto di Gedung DPR/MPR Senayan.

Baca: Memajukan Sektor Pariwisata di Daerah Melalui Trisakti Tourism Award

Baca: Keluarga Korban Tragedi Trisakti Dukung Jokowi

Latar belakang:

Berita Rekomendasi

Pada 12 Mei 1998, para mahasiswa Universitas Trisakti, Grogol, Jakarta Barat melakukan demo besar-besaran guna menuntut Presiden Soeharto lengser dari jabatannya.

Mengutip dari Kompas.com pada (12/5/2019), demonstrasi yang dilakukan oleh para mahasiswa Trisakti itu merupakan rangkaian dari aksi yang menuntut reformasi sejak awal 1998.

Aksi tersebut menjadi puncak aksi mahasiswa setelah Soeharto diangkat menjadi presiden untuk ketujuh kalinya dalam Sidang Umum Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) pada 10 Maret 1998.

Dalam aksi tersebut tercatat ada empat mahasiswa tewas dalam penembakan, yaitu Elang Mulia Lesmana, Hafidin Royan, Heri Hartanto, dan Hendriawan Sie.

Korban luka juga mencapai 681 orang dari berbagai universitas di Indonesia.

Di sela-sela sidang MPR pada 5 Maret 1998, sekitar 20 mahasiswa Universitas Indonesia (UI) bertemu Fraksi ABRI untuk menyuarakan penolakan laporan pertanggungjawaban Soeharto.

Namun aksi itu tidak mendapatkan respons. Sehingga setelah Soeharto terpilih kembali menjadi presiden, mahasiswa benar-benar melakukan aksi di luar kampus.

Aksi yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas Trisakti 12 Mei 1998 tercatat sebagai aksi mahasiswa terbesar yang dilakukan di luar kampus.

Aksi tersebut tidak hanya dihadiri oleh mahasiswa Trisakti, namun juga mahasiswa dari berbagai kampus.

Karena letak Universitas Trisakti yang cukup strategis dari kompleks gedung DPR/MPR, Universitas Trisakti menjadi titik kumpul aksi demonstrasi.

Baca: Ibunda Hendriawan Menangis Dalam Napak Tilas Tragedi Trisakti

Baca: Mantan Aktivis 98 Sebut Keluarga Korban Tragedi Trisakti dan Semanggi Temukan Titik Terang

Kronologi:

Berdasarkan catatan Kompas, aksi dimulai pukul 11.00 WIB.

Aksi itu diawali dengan mendengarkan orasi dari Jenderal Besar AH Nasution yang kemudian digantikan oleh para guru besar, dosen, dan mahasiswa karena ketidakhadiran Jenderal Besar AH Nasution.

Pada 13.00 WIB, mahasiswa tumpah memenuhi Jalan S Parman.

Mereka melakukan long march menuju gedung DPR/MPR di Senayan.

Barisan depan terdiri dari mahasiswi yang membagikan mawar kepada aparat kepolisian yang mengadang peserta aksi.

Para demonstran melakukan negosiasi dengan aparat.

Pimpinan mahasiswa, alumni, Dekan Fakultas Hukum Trisakti Adi Andojo, dan Komandan Kodim Jakarta Barat Letkol (Inf) A Amril menyepakati bahwa aksi damai hanya bisa dilakukan sampai depan Kantor Wali Kota Jakarta Barat, yang terletak 300 meter dari pintu utama Trisakti. Setelah itu aksi dilakukan dengan menuntut agenda reformasi dan Sidang Istimewa MPR.

Sampai dengan pukul 17.00 WIB, aksi berjalan damai.

Sebagian massa aksi sudah mulai masuk ke dalam kampus.

Saat sudah mencapai 70 persen peserta aksi kembali ke kampus, terdengar letusan senjata dari arah aparat keamanan.

Peserta aksi dikagetkan dengan kejadian itu dan langsung berusaha menyelamatkan diri dengan melompati pagar jalan tol.

Kemudian aparat keamanan mulai memukuli mahasiswa dan para mahasiswa melakukan perlawanan dengan melempari aparat dengan benda apapun dari dalam kampus.

Dari berbagai dokumentasi televisi yang dirangkum Kompas, penembakan yang dilakukan aparat tidak hanya dari hadapan peserta namun juga dilakukan dari atas fly over Grogol dan jembatan penyeberangan.

Tidak hanya peluru karet, penembakan juga dilakukan aparat keamanan menggunakan peluru tajam.

Hal ini ditemukan oleh pihak kampus.

Dari pernyataan Adi Andojo, Ketua Krisis Centre Universitas Trisakti, penembakan tidak hanya dilakukan di luar kampus, tapi juga sampai dalam kampus.

Padahal sebelumnya aksi berjalan dengan damai.  Mahasiswa tidak melakukan hal yang menyimpang prosedur.

Mahasiswa tidak melawan, tidak melempar batu, tidak melakukan tindak kekerasan, dan sudah kembali ke dalam kampus.

Namun tiba-tiba para aparat keamanan melakukan serangan menggunakan peluru tajam.

Mahasiswa yang menjadi korban kemudian dilarikan ke sejumlah rumah sakit terdekat, terutama RS Sumber Waras.

Saat itu suasana menjadi mencekam dan memilukan. Rasa takut, sedih, marah mendominasi keadaan.

Dikutip dari buku Mahasiswa dalam Pusaran Reformasi 1998, Kisah yang Tak Terungkap (2016) yang ditulis Rosidi Rizkiandi oleh Kompas, ahli kedokteran forensik dr Abdul Mun'im Idries mengatakan bahwa hasil visum memang memperlihatkan serpihan peluru kaliber 5,56 mm di tubuh Hery Hertanto, salah satu korban penembakan.

Peluru yang biasanya digunakan pada senjata laras panjang jenis Styer atau SS-1 yang digunakan oleh satuan Brimob atau Kopassus.

Hasil otopsi Tim Pencari Fakta ABRI dan uji balistik di Forencsic Technology Inc di Montreal, Kanada juga mengungkap hasil yang sama.

Pernyataan tersebut dibantah oleh Jenderal Pol Dibyo Widodo, Kapolri pada saat itu.

Kapolda Metro Jaya Hamami Nata mengungkapkan bahwa para aparat hanya menggunakan tongkat pemukul, peluru kosong, peluru karet, dan gas air mata.

Beberapa tahun kemudian persidangan dilakukan dengan jumlah enam orang terdakwa.

Dalam persidangan tersebut tidak terungkap siapa pelaku penembakan senjata tajam dan motif yang digunakannya.

Keenam terdakwa hanya dituduh dengan sengaja tidak menaati perintah atasan.

Empat mahasiswa tewas dalam tragedi 12 Mei 1998 tersebut dikenang sebagai pahlawan reformasi.

Kerusuhan rasial sempat terjadi sehari setelah tragedi Trisakti, yaitu pada 13-15 Mei 1998.

Puncaknya, pada 18 Mei 1998 mahasiswa berhasil menguasai kompleks gedung DPR/MPR.

Akhirnya, pada 21 Mei 1998 para mahasiswa berhasil menuntut Presiden Soeharto mundur dari jabatannya setelah selama 32 tahun berkuasa.

Baca: Ibunda Korban Tragedi Trisakti Wafat, Partai Gerindra Berduka

Baca: Peringatan 19 Tahun Tragedi Trisakti

Sumber:

https://nasional.kompas.com/read/2018/05/12/10504581/20-tahun-tragedi-trisakti-apa-yang-terjadi-pada-12-mei-1998-itu?page=all

(TRIBUNNEWSWIKI.COM/Yonas)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas